Sabtu, 26 Maret 2011

The Power Of Kepepet.


Dalam kehidupan sehari-hari, selain hal-hal yang konvensional selalu kita temui, peristiwa-peristiwa yang luar biasa kadang pun terjadi. Bagi sebagian besar dari kita percaya telah mendengar cerita seperti “orang yang bisa melompati pagar yang tingginya 3x tinggi badannya karena dikejar-kejar anjing padahal ia bukan atlit” ataupun percaya terhadap cerita “seorang ibu yang mampu mengangkat mobil oleh karena anaknya tercepit dibawahnya”. Serta berbagai kisah sukses lain yang dilatarbelakangi keterbatasan seseorang kemudian kini menjadi orang yang sukses bahkan tangguh.

Kisah seorang mahasiswa yang hampir di DO dari almamaternya oleh karena tidak adanya biaya pendidikan oleh karena keterbatasan pendapatan orang tua, mengharuskan mahasiswa memenuhi kebutuhannya tersendiri, yang kemudian berakhir menjadi Profesor, sudah tidak asing lagi ditelinga kita.
Peristiwa-peristiwa tersebut dapat dijelaskan dalam konsep psikologi kepepet. Yaitu, seseorang menjadi memiliki motivasi yang tinggi untuk melaksanakan sesuatu ketika tidak ada pilihan lain, ketika melakukan hal itu merupakan harga mutlak bagi dia. Bagaimana orang yang terbatas secara finansial, kemudian melakukan berbagai langkah yang “terpaksa” untuk sama-sama dengan mahasiswa yang lain dapat menyelesaikan studinya. Sehingga dengan modal minimal seperti membaca buku di perpus benar-benar merupakan hal yang harus. Berbeda mungkin dengan mahasiswa umumnya yang serba tepenuhi kebutuhanya, justru tidak pada performasi optimal. Hal keharusan melakukan sesuatu itu, terjadi karena kondisi yang “tidak ada pilihan”, kemudian menyebabkan terangsanya motivasi yang begitu kuat.

Dalam psikoanalisis dikenal konsep tentang libido. Yaitu merupakan energi psikis yang dapat muncul oleh karena tekanan yang kuat. Kemampuan memori yang lebih pun bukan hal yang tidak mungkin, bahkan peristiwa-peristiwa sepeti contoh diatas pun bukanlah hal yang tidak mungkin.
Hal yang menarik adalah sesungguhnya manusia memilki potensi yang sangat besar, bahkan sebagian orang telah mengetahui potensinya. Maka pertanyaanya apakan kita akan senatiasa berusaha mengoptimalkan potensi yang ada setiap saat? Ataukah kita hanya akan selalu “terpaksa” mengoptimalkan diri hanya karena kepepet?

Sumber :  psikologi kepepet

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons