tag:blogger.com,1999:blog-42783405032589068552024-03-05T02:19:33.783-08:00www.psikologi.comTemukan yang berkaitan dengan kajian Ilmu Psikologi Di sini. Semoga Bermanfaat dan jangan lupa tinggalkan komentar agar menjadi acuan blog ini untuk bisa lebih baik lagi.Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.comBlogger20125tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-59961261215460957652011-06-08T12:20:00.000-07:002011-06-08T12:30:12.542-07:00Perbedaan Psikolog dan Psikiater<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.dailypsychology.net/phpThumb.php?src=./images/image/psycholog.jpeg&w=549&h=279&zc=C"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 382px; height: 279px;" src="http://www.dailypsychology.net/phpThumb.php?src=./images/image/psycholog.jpeg&w=549&h=279&zc=C" alt="" border="0" /></a><br /><p style="text-align: justify;"> Beberapa orang bertanya begitu pada saya. Biasanya yang lebih banyak bertanya adalah orang-orang yang bidangnya sama sekali tidak bersinggungan dengan kedua bidang tersebut atau para calon mahasiswa yang memilih melanjutkan studi ke Fakultas Psikologi. Seperti saya dulu. Pertanyaan di atas adalah pertanyaan mendasar yang selayaknya diketahui seorang mahasiswa baru di Fakultas Psikologi agar nantinya kalau ada orang yang menanyakan pertanyaan serupa, <em>si</em> mahasiswa sudah tahu batasannya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Dulu, saya sempat menganggap profesi psikolog dan psikiater itu sama saja. Sama-sama menangani orang yang sakit jiwa, begitu kata orang-orang kebanyakan. Apalagi definisi psikologi dan psikiatri sering disamakan sebagai “ilmu jiwa”. Padahal sejatinya definisi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan. Berbeda dengan psikiatri yang didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu <span style="color:#000000;">kedokteran</span> yang mempelajari dan menangani gangguan mental, yang meliputi gangguan afektif, perilaku, kognitif dan perseptual (sumber: Wikipedia).</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Memang, sekilas kedua profesi ini terlihat sama. Itu dikarenakan ranah kelimuannya bersinggungan di ranah psikis. Bahkan seorang ahli psikologi yang terkenal dengan teori psikoanalisanya, Sigmund Freud, sejatinya adalah seorang psikiater. Juga banyak ahli psikologi lain yang awalnya mendalami ilmu kedokteran lalu ikut berkontribusi dalam dunia psikologi. Tapi sebenarnya ada beberapa hal mendasar yang menjadi pembedanya. Berikut secara ringkas perbedaan tersebut.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> <strong>Latar belakang pendidikan</strong></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Psikolog sudah pasti adalah lulusan dari Fakultas Psikologi. Lulusan S1 Psikologi sebenarnya sudah dapat bekerja di berbagai bidang yang membutuhkan jasa psikologi. Biasanya menjadi staf <em>Human Resources Development</em> (HRD) di berbagai instansi atau organisasi seperti, bank, perusahaan, kantor pemerintahan, atau menjadi konselor di sekolah-sekolah. Di dunia kerja, para lulusannya ini tampak setara dengan lulusan S1 dari berbagai jurusan, karena pada masa kini seringkali yang dibutuhkan adalah tenaga kerja dengan potensi, kemampuan dan keterampilan yang dapat memenuhi kualifikasi dari organisasi/perusahaan, bukan lagi berdasarkan jurusan pendidikannya di perguruan tinggi.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Namun perlu diingat, lulusan S1 Psikologi tidak serta merta disebut sebagai Psikolog. Sarjana S1 psikologi (bergelar S.Psi dibelakang namanya) masih harus melanjutkan pendidikannya ke jenjang Magister Profesi Psikologi (setara S2) untuk dapat meraih gelar Magister Psikologi (M. Psi) dan disebut sebagai psikolog. Sebagai praktisi psikologi, para psikolog ini memperoleh hak untuk ‘memegang’ alat tes, dalam arti menyimpan dan menggunakan alat tes psikologi serta menginterpretasikan hasilnya. Oleh karenanya mereka juga mendapatkan izin untuk membuka praktik sebagai psikolog di biro-biro konsultan psikologi yang biasanya ditangani secara perorangan atau kelompok (beberapa orang psikolog).</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Berbeda lagi dengan lulusan S1 Psikologi yang menerusan pendidikan ke jenjang S2 sains psikologi (misalnya psikometri). Para lulusannya ini bergelar M. Si namun tidak dapat menyebut dirinya sebagai psikolog karena tidak berasal dari jenjang magister profesi psikologi. Tapi mereka dapat menjadi staf pengajar/akademisi karena persyaratan utama menjadi seorang staf pengajar di universitas (dosen) adalah bergelar S2. Mereka ini juga disebut sebagai ilmuwan psikologi. Selain itu, mereka juga dapat bekerja di berbagai instansi/organisasi yang membutuhkan kualifikasi pendidikan tersebut.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Selain lulusan S1 Psikologi, ada juga lulusan S1 non-psikologi yang meneruskan ke jenjang S2 psikologi. Namun para lulusannya ini hanya bisa melanjutkan ke magister sains psikologi, karena jenjang profesi psikologi hanya dikhususkan untuk lulusan S1 psikologi. Hal ini dikarenakan pentingnya pemahaman mendasar tentang ilmu psikologi yang diperoleh dari jenjang S1 agar nantinya langsung dapat mendalami kekhususan yang dipilih di jenjang profesi psikologi, dimana hal ini tentunya tidak didapatkan oleh lulusan S1 non-psikologi.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Sementara psikiater adalah dokter yang melanjutkan pendidikan ke jenjang spesialisasi psikiatri (kedokteran jiwa). Para lulusan spesialisasi ini digelari “Sp.KJ” (Spesialis Kedokteran Jiwa) atau disebut sebagai psikiater.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> <strong>Batas Kewenangan Profesi</strong></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Mungkin kita seringkali bingung untuk merujuk seseorang yang mengalami masalah yang berkaitan dengan psikologis, apakah harus ke psikolog atau ke psikiater?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Sebagaimana spesialisasi dalam bidang kedokteran, psikologi juga memiliki banyak kekhususan, seperti psikologi klinis (meliputi psikologi klinis anak dan psikologi klinis dewasa), psikologi sosial, psikologi pendidikan, psikologi industri dan organisasi, psikologi perkembangan, dan sebagainya. Psikiater lebih dekat hubungannya dengan psikolog klinis.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Masalah-masalah yang biasanya dapat ditangani oleh psikolog secara umum adalah masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang masih dapat ditangani dengan konseling atau terapi ringan, misalnya dengan terapi modifikasi perilaku atau juga <em>cognitive behavior therapy</em> (CBT).</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Masalah-masalah yang dimaksud berkisar pada <strong>ranah pendidikan</strong> (anak malas belajar, berperilaku agresif, suka membolos, takut sekolah, tidak konsentrasi belajar, prestasi belajar menurun, takut bergaul atau kurang percaya diri, sampai pada masalah pemilihan jurusan yang tepat dan sesuai dengan potensi dan kemampuan akademik anak), <strong>ranah keluarga</strong> (masalah perkawinan, perceraian yang menghasilkan keluarga <em>broken home</em>, masalah kenakalan remaja), dan <strong>ranah pekerjaan</strong> (masalah kepemimpinan, motivasi kerja, kepuasan kerja).</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Sedangkan psikiater menangani masalah-masalah psikologis yang lebih berat, seperti depresi, gangguan <em>mood</em>, insomnia berat, <em>schizophrenia</em> (yang ditandai dengan munculnya halusinasi dan delusi), dan berbagai masalah psikologis lain yang membutuhkan penanganan lebih dari sekedar konseling. Biasanya para psikiater ini menggunakan obat-obatan dalam proses terapinya. Inilah yang membedakannya dengan psikolog.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Satu hal lagi adalah tentang penyebutan mitra kerja. Orang yang berobat ke psikiater sudah barang tentu disebut sebagai ‘pasien’, sementara orang yang datang ke psikolog disebut sebagai ‘klien’. Perlu ditekankan bahwa tidak semua orang yang datang ke biro-biro psikologi adalah orang-orang yang memiliki masalah psikologis. Para klien ini bisa saja datang karena ingin melakukan pemeriksaan psikologis (psikotes) untuk kepentingan seleksi dan rekrutmen karyawan atau penentuan jurusan studi siswa. Demikian juga dengan para pasien yang datang ke psikiater. Mereka tidak boleh serta merta disebut “gila” karena meminta bantuan psikiater.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Pada kenyataannya, kedua profesi ini saling bekerjasama dalam hal merujuk pasien. Apabila seorang klien tak dapat ditangani oleh seorang psikolog karena gangguan psikologisnya sudah berat dan membutuhkan penanganan dengan obat-obatan, maka klien tersebut dirujuk ke psikiater. Demikian juga dengan pasien yang sudah dinyatakan sembuh oleh psikiater, maka untuk meyakinkannya lagi, perlu diperiksa kembali oleh psikolog.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> Jadi, tak masalah jika suatu waktu kita membutuhkan jasa psikolog atau psikiater. Karena kedua profesi ini berprinsip menolong (<em>helping</em>) dan pastinya memegang kode etik yang sama; menjaga kerahasiaan masalah klien/pasien.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;"> ***</p><p style="text-align: justify;">Sumber : http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/01/27/apa-sih-bedanya-psikolog-dengan-psikiater/<br /></p><div class="tag_list">Tags: <span class="tags"><a href="http://technorati.com/tag/perbedaan+psikolog+dan+psikiater" rel="tag">perbedaan psikolog dan psikiater</a>, <a href="http://technorati.com/tag/psikolog+adalah" rel="tag">psikolog adalah</a>, <a href="http://technorati.com/tag/psikiater+adalah" rel="tag">psikiater adalah</a>, <a href="http://technorati.com/tag/helping" rel="tag">helping</a>, <a href="http://technorati.com/tag/cognitive+behavior+therapy+%28CBT%29" rel="tag">cognitive behavior therapy (CBT)</a>, <a href="http://technorati.com/tag/contoh+kasus+psikologi" rel="tag">contoh kasus psikologi</a>, <a href="http://technorati.com/tag/psikologi.com" rel="tag">psikologi.com</a>, <a href="http://technorati.com/tag/www.psikologi.com" rel="tag">www.psikologi.com</a>, <a href="http://technorati.com/tag/kode+etik+psikologi" rel="tag">kode etik psikologi</a></span></div>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-6215002182238612492011-04-10T10:52:00.001-07:002011-06-08T12:00:54.124-07:00cara unik mendapatkan anak laki - laki dan perempuan<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kehadiran anak dalam suatu keluarga adalah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>suatu penyempurna kebahagiaan yang sangat didambakan oleh setiap pasangan. Anak laki-laki dan anak perempuan sama saja demikian orang banyak memberikan nasehat. Namun ada kalanya jenis kelamin merupakan dambaan lain dari lahirnya seorang anak. Ada anak laki-laki dan ada anak perempuan dianggap akan lebih menyempurnakan kebahagiaan yang diperoleh. Banyak pasangan suami isteri hanya dikaruniai anak laki-laki saja atau anak perempuan saja. Bahkan tak jarang pasangan suami isteri yang tidak di karuniai anak.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Bagi sebagian kalangan seperti keluarga-keluarga Raja tentu lebih mendambakan kelahiran anak-laki-laki. Di kekaisaran Jepang yang paternalistic anak laki-laki adalah syarat mutlak untuk dapat menerusksn tahta kerajaan. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Masalah anak laki-laki atau perempuan bisa menjadi masalah besar di Negara seperti jepang ini. Hal ini terkait dengan undang-undang di kekaisaran Jepang yang mensyaratkan laki-laki untuk menjadi kaisar jepang.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dapatkah manusia memanipulasi kelahiran sehingga sesuai dengan jenis kelamin yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>diinginkan. Di dunia kedokteran sebenarnya ada teknik tertentu yang diharapkan dapat meningkatkan rasio<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kelahiran seorang anak dengan jenis kelamin yang di harapkan. Namun ini juga tidak menjamin kelahiran sesuai dengan keinginan, karena sesungguhnya semua masih rahasia dari Allah SWT.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;"><img class="aligncenter size-medium wp-image-112704" title="13074951811226028826" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/06/13074951811226028826_300x193.05993690852.jpg" alt="13074951811226028826" height="193.05993690852" width="300" /></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong style="mso-bidi-font-weight: normal;">Secara Medis</strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Secara medis sepertinya sudah sering di bahas dibeberapa forum dan blog. Secara umum berhubungan erat dengan kondisi asam basa pada vagina.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jika kondisi vagina asam maka kemungkinan besar anak yang dilahirkan adalah perempuan, sedangkan dalam kondisi basa, kemungkinan nya anak lak-laki. Manipulasi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>keasaman dan kebasaan pada vagina dapat dilakukan dengan berbagai macam cara.Dari mulai pemberian soda kue yang dicampur dengan air<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sampai dengan cuka. Jika penetrasi dilakukan dekat dengan servix dan vagina dalam kondisi basa,maka kemungkinan besar anak yang dihasilkan adalah anak laki-laki. Jika Jika ejakulasi dilakukan jauh dari servix dan vagina dalam kondisi asam, maka kemungkinan besar akan dihasilkan anak perempuan.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Namun semua ini hanyalah teori berdasarkan karakteristik sperma dan vagina, tidak bisa di jadikan patokan.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kenyataannya secara praktek, teknik ini juga seringkali mengalami kegagalan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong style="mso-bidi-font-weight: normal;">SecaraTradisional</strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Di kampungku ada suatu tradisi unik jika kita ingin mempunyai anak sesuai keinginan kita. Hal ini di alami sendiri oleh ibuku beberapa tahun yang lalu. Tahun 1979, saat itu ibuku mempunyai empat orang anak yang semuanya laki-laki. Pada saat itu ibuku sedang hamil 3 bulan dan mendambakan kelahiran anak perempuan diantara empat anak laki-lakinya. Seorang tetua dikampungku menyarankan untuk mengadakan <strong style="mso-bidi-font-weight: normal;">Tradisi Tukar Centong</strong>. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tradisi ini lazim di lakukan untuk orang-orang yang mendambakan kehadiran seorang anak sesuai denagn jenis kelamin yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>diinginkan. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Centong yang di gunakan dalah centong yang terbuat dari kayu bukan dari plastic seperti yang biasa di pakai saat ini.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tradisi ini mempertemukan dua keluarga yang mendambakan anak dengan jenis kelamin yang berbeda. Ibuku mendambakan kelahiran anak perempuan sedangkan keluarga pak Dayat mendambakan kelahiran anak laki-laki. Ibuku mempunyai empat orang anak semuanya laki-laki. Pak Dayat mempunyai 5 orang anak yang semuanya perempuan. Bu ningsih isteri pak dayat saat itu juga hamil 3 bulan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Di pertemukanlah dua keluarga ini. Pada hari yang ditentukan masing-masing keluarga membawa sebuah centong nasi yang terbuat dari kayu. Serangkaian doa-doa pun dipanjatkan kemudian dilakukan pertukaran centong seperti layaknya pertukaran MOU (<em style="mso-bidi-font-style: normal;">Memorandum of understanding</em>) antara dua pihak.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ibuku menerima centong yang terbuat dari kayu rambutan sedangkan bu ningsih memperoleh centong yang terbuat dari kayu nangka. Segala ritual rela mereka jalani demi untuk mendapatkan anak sesuai dengan jenis kelamin yang di inginkan. Acara ditutup dengan pembacaan doa dan makan bersama.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Waktu pun terus berlalu, ibuku harap-harap cemas menanti kelahiran anak kelimanya. Akhirnya pada hari sabtu tanggal 23 September 1979, lahirlah adik ku, perempuan. Kebahagiaan saat itu begitu membuncah di dada ibuku. Lengkap sudah kebahagiaannya dalam berumah tangga. Lima anak, empat laki-laki dan ditutup oleh kelahiran anak perempuan yang di dambakan nya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Lalu bagaimana dengan ibu nIngsih?</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Amazing, Ibu ningsih melahirkan anak laki-laki yang sangat di tunggu-tunggunya.Kebahagiaan pun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menaungi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>rumah keluarga ini. Lima orang anak perempuan dan ditutup dengan seorang anak laki-laki.Doa syukur pun segera di panjatkan oleh kedua keluarga ini.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ritual tradisional ini memang sudah sejak lama ada dikampungku, namun keberhasilannya pun tidak bisa seratus persen.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Entah kebetulan saja atau bukan, yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jelas ibuku sudah membuktikan bahwa ritual tukar centong ternyata mampu menjawab penantiannya selama ini. Sudah banyak pasangan yang tertolong dengan tradisi ini. Meskipun ada juga yang mengalami kegagalan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kini<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ritual tukar centong yang terbilang unik ini sudah lama tidak dilakukan. Saat ini banyak pasangan muda yang tidak terlalu mempersoalkan jenis kelamin anak nya, laki-laki atau perempuan sama saja. Sehingga tradisi inipun sudah semakin jarang dilakukan. Jumlah anak dalam satu keluarga pun semakin sedikit. Saat ini dalam satu keluarga paling ada 2 sampai 3 anak saja.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Cara apapun yang dilakukan oleh manusia dalam berihtiar, sejatinya hanya Allah SWT yang mempunyai kekuasaan untuk mementukan jenis kelamin tiap mahluk yang di lahirkan kebumi. Manusia hanya berusaha, Tuhan yang menentukan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Keterangan :</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong style="mso-bidi-font-weight: normal;">Centong</strong> : Alat untuk menyendok Nasi, jaman dulu biasa terbuat dari kayu, namun saat ini lebih banyak yang terbuat dari plastik</p><div class="tag_list">Tags: <span class="tags"><a href="http://technorati.com/tag/cara+unik+mendapatkan+anak+laki+-+laki+dan+perempuan" rel="tag">cara unik mendapatkan anak laki - laki dan perempuan</a>, <a href="http://technorati.com/tag/supaya+cepat+punya+anak" rel="tag">supaya cepat punya anak</a>, <a href="http://technorati.com/tag/jodoh" rel="tag">jodoh</a>, <a href="http://technorati.com/tag/anak" rel="tag">anak</a>, <a href="http://technorati.com/tag/anak+tebidah" rel="tag">anak tebidah</a>, <a href="http://technorati.com/tag/psikologi" rel="tag">psikologi</a>, <a href="http://technorati.com/tag/tugas+psikologi" rel="tag">tugas psikologi</a></span></div>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-884739371629303822011-04-10T10:49:00.000-07:002011-06-08T12:10:01.139-07:00Cara mengatasi Perasaan Bersalah<div class="isi_artikel"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://images.detik.com/content/2010/01/08/766/depresi-hamil%28thebill%29-dalam.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://images.detik.com/content/2010/01/08/766/depresi-hamil%28thebill%29-dalam.jpg" border="0" /></a></div><div style="background-color: orange;">Perasaan bersalah itu bagus, sesuatu yang patut disyukuri, sebuah sinyal sesuatu harus dibereskan. Perasaan bersalah itu adalah bentuk pengakuan. Hanya dengan jujur mengakuinya terlebih dahulu, bahwa ada sesuatu yang harus diluruskan, maka seseorang sudah selangkah lebih maju untuk kemudian akan mencari cara bagaimana meluruskan hal yang membuatnya merasa bersalah tersebut. Perasaan bersalah sebaiknya disampaikan, meminta maaf kepada siapa saja yang sedang terlibat dalam hubungan, dimana perasaan bersalah itu berasal. Entah kepada anak, pasangan, orang tua, kawan, kolega, orang yang baru dikenal yang tak sengaja tersenggol di jalan, dan seterusnya.</div><div style="background-color: orange;"><br /></div><div style="background-color: orange;">Penyampaian perasaan bersalah ini akan menenangkan pikiran, sebab seseorang akan mendapatkan kepastian mengenai kualitas sebuah hubungan. Setelah permintaan maaf, seseorang memiliki kesempatan untuk membangun kembali hubungan yang baik. Selain itu, dengan menyampaikan latar belakang perasaan bersalahnya, dari dialog yang kemudian terjadi, seseorang akan tahu apa sesungguhnya yang ada dalam pikiran orang yang merasa dipersalahi. Sebab bisa terjadi, perasaan bersalah itu terjadi karena dugaannya yang kurang baik. Dengan dialog diharapkan segala sesuatunya menjadi jelas.</div><span style="background-;color:orange;" > </span><div style="background-color: orange;"><br /></div><div style="background-color: orange;">Dari bangun tidur hingga mau tidur lagi, manusia berhubungan dengan manusia. Persinggungan, gesekan, salah paham, bisa terjadi di dalam hubungan tersebut. Segala jenis hubungan antarmanusia retak, salah satunya terjadi karena dugaan yang tidak baik. Dugaan yang tidak baik ini merasuk dalam pikiran, berkembang liar lalu berakhir dengan kesimpulan yang ternyata keliru. Oleh sebab itu, kalau mau menduga sebaiknya menduga yang baik. Lebih mudah menduga baik. Kalaupun salah akan menjadi salah baik, bukan salah salah.</div><span style="background-;color:orange;" > </span><div style="background-color: orange;"> Menduga tidak baik itu melelahkan. Itulah mengapa kunci sukses segala jenis hubungan terletak pada komunikasi yang baik dan terbuka. Dengan keterbukaan, segala masalah serumit apapun tampaknya akan bisa segera diurai untuk kemudian diatasi dengan lebih cepat. Sehingga lelah hati itu tidak perlu berlangsung lama.</div><div style="background-color: orange;"><br /></div><div style="background-color: orange;">Pernyataan bersalah akan mengantarkan seseorang pada kelapangan dada. Dengan lapang dada, seseorang akan mudah menjalin hubungan yang baik ke atas, ke bawah, ke samping kiri, ke samping kanan. Menjaga hubungan baik kepada empat dimensi tersebut, dunia akan penuh kedamaian.</div></div><div class="tag_list">Tags: <span class="tags"><a href="http://technorati.com/tag/psikologi" rel="tag">psikologi</a>, <a href="http://technorati.com/tag/tugas+psikologi" rel="tag">tugas psikologi</a>, <a href="http://technorati.com/tag/cara+mengatasi+perasaan+bersalah" rel="tag">cara mengatasi perasaan bersalah</a>, <a href="http://technorati.com/tag/stres" rel="tag">stres</a>, <a href="http://technorati.com/tag/www.psikologi.com" rel="tag">www.psikologi.com</a>, <a href="http://technorati.com/tag/psikologi.com" rel="tag">psikologi.com</a>, <a href="http://technorati.com/tag/belajar+psikologi" rel="tag">belajar psikologi</a>, <a href="http://technorati.com/tag/psikologi+klinis" rel="tag">psikologi klinis</a>, <a href="http://technorati.com/tag/psikologi+industri" rel="tag">psikologi industri</a>, <a href="http://technorati.com/tag/psikologi+online" rel="tag">psikologi online</a>, <a href="http://technorati.com/tag/psikologi+news" rel="tag">psikologi news</a></span></div>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-61239330699773202032011-04-10T10:42:00.000-07:002011-04-10T10:42:13.550-07:00Hubungan Warna dan Emosi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://ruangpsikologi.com/wp-content/uploads/2010/07/3761715913_2400b6e87b.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="http://ruangpsikologi.com/wp-content/uploads/2010/07/3761715913_2400b6e87b.jpg" width="320" /></a></div><div style="color: orange;">Kita menyadari bahwa hari yang cerah bisa mengangkat suasana hati, ruang belajar dengan nuansa warna biru bisa meningkatkan gairah belajar, dan taplak meja berwarna orange atau merah membuat kita makan lebih lahap. Tetapi, mekanisme otak yang terlibat di dalam efek seperti itu masih belum terlalu diketahui.</div><br />
<div style="color: blue;">Para periset pada Cyclotron Research Centre (University of Liege), Geneva Centre for Neuroscience (University of Geneva) dan Surrey Sleep Research Centre (University of Surrey) meneliti efek cahaya serta komposisi warnanya , pada pemrosesan emosi di otak dengan menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional. Hasil kajian mereka menunjukkan bahwa warna cahaya mempengaruhi cara otak manusia memroses rangsangan emosional.</div><br />
<div style="color: magenta;">Aktifitas otak dari para relawan sehat direkam sementara mereka mendengarkan “suara-suara marah” dan “suara-suara netral” serta dipapar cahaya biru atau hijau. Cahaya biru bukan hanya meningkatkan respon terhadap rangsangan emosional pada “area suara” otak dan hippocampus, yang penting untuk proses ingatan, tetapi juga menjurus ke interaksi yang lebih ketat antara area suara, yang adalah area kunci dari pengaturan emosi, dan hipothalamus, yang esensial bagi pengaturan ritme biologis.</div><br />
<div style="color: #93c47d;">Penemuan kajian ini memiliki dampak penting pada pemahaman kita akan mekanisme warna pada emosi, yang bisa kita gunakan dalam mengatur cahaya lingkungan untuk mengubah suasana hati, bukan saja pada kasus kelainan suasana hati yang menggunakan terapi cahaya, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, di rumah, di sekolah, dan di tempat kerja, termasuk bagaimana memilih warna pada kemasan berbagai macam produk , warna dominan ruang caffe, bengkel dan klinik bersalin serta berbagai tempat lainnya.</div><br />
<div style="color: red;">Warna dan hari</div><br />
<div style="color: #6fa8dc;">Warna dipercaya bisa mempengaruhi kesehatan dan kebahagiaan anda, sekaligus ikut menentukan keberuntungan anda. Kenakanlah busana dengan warna yang sesuai di hari-hari kerja anda dan perhatikan apakah keberuntungan anda ikut berubah.</div><br />
<div style="color: #a64d79;">Mengenakan busana atau t-shirt warna kuning pada minggu atau sunday yang berasal dari sun atau matahari, di mana matahari mempengaruhi matahari. Gunakan handuk kuning muda atau hias rumah anda dengan rangkaian bunga warna kuning pada hari ini. Hal ini dipercaya bisa meningkatkan kebahagiaan, menenangkan pikiran dan akan mengharap hari minggu anda cepat berlalu.</div><br />
<div style="color: #0b5394;">Hari senin atau Monday berasal dari moon adalah hari emosional tinggi. Kenakanlah busana warna putih, krem, dan biru akan membantu mengendalikan emosi. Karena hari Senin dipengaruhi bulan, Senin bukanlah hari baik untuk memulai diet karena makanan mempunyai hubungan yang erat dengan emosi anda. Lakukanlah pada hari Selasa atau Rabu, hal itu akan sukses saat anda memakai warna cerah.</div><br />
<div style="color: #cc0000;">Untuk hari Selasa biasanya dipengaruhi planet Mars yang berapi-api sekaligus aktif. Mengenakan warna merah, merah tua dan orange akan membantu anda menangani semua aktivitas dan membuat anda merasa lebih bersemangat. Selasa merupakan hari baik untuk kegiatan bisnis atau menyelesaikan sesuatu.</div><br />
<div style="color: #0b5394;">Rabu yang dipengaruhi planet Merkurius merupakan planet komunikasi dan keberhasilan. Warna yang cocok untuk anda kenakan adalah warna cerah seperti biru pastel atau merah muda. Siapkan busana yang warnanya paling cerah agar anda akan merasa senang sepanjang hari. Jika anda ingin memulai proyek baru, membuka usaha atau pindah rumah, ini adalah hari yang cocok melakukan itu semua.</div><br />
<div style="background-color: #8e7cc3;">Sedangkan untuk hari Kamis yang dipengaruhi Yupiter merupakan planet pertumbuhan dan prestasi. Hari ini adalah hari keberhasilan dan ekspansi. Kenakanlah busana warna biru atau violet, yang merupakan warna damai serta dukungan. Jika anda ingin merencanakan makan malam romantis di hari Kamis, hiasi ruangan dengan bunga violet dan jangan lupa kenakan busana biru.</div><br />
<div style="color: #38761d;">Selanjutnya untuk hari Jumat yang dipengaruhi planet Venus merupakan hari pertumbuhan. Kenakanlah busana berwarna hijau atau warna-warna tanah. Hari ini juga sangat baik untuk mencuci dan berlibur, tempatkan sebuah pot tanaman di dalam rumah.</div><br />
<div style="color: purple;">Planet Saturnus mempengaruhi hari Sabtu dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang dalam masyarakat. Sabtu merupakan hari di mana kegiatan rutin bisa mendadak berubah dan menimbulkan kekacauan. Sebenarnya hari Sabtu tidak baik untuk melakukan suatu ikatan perkawinan, hari yang baik adalah hari Rabu. Kenakanlah busana yang berwarna ungu, cokelat atau hitam seperti satin atau brokat hitam agar hari Sabtu anda berjalan dengan baik dan menyenangkan.</div><br />
Siapkanlah busana dan aksesoris untuk mengisi hari-hari anda lebih cerah, bahagia dan sempurna.<br />
<br />
sumber: media kawasanPsikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-17585832528302081632011-04-10T10:33:00.000-07:002011-04-10T10:33:44.682-07:00Manfaat dan jenis Dongeng bagi Anak dan Orang Tua.<div class="MsoNormal"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEwQzIQ_EV1C_U3VVqAyVab5DJJufCIHlqSa0ngTvpWBRcJxpbv_Tmzql0CMbEUB9eniLLX2-Flph1ktzMw9TK_Z42IgfU0sEmre-wkm-wtTm2AA_Nb6eI4L4_dlXqML7AdCfmQWvbyNMy/s1600/dongeng.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="310" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEwQzIQ_EV1C_U3VVqAyVab5DJJufCIHlqSa0ngTvpWBRcJxpbv_Tmzql0CMbEUB9eniLLX2-Flph1ktzMw9TK_Z42IgfU0sEmre-wkm-wtTm2AA_Nb6eI4L4_dlXqML7AdCfmQWvbyNMy/s320/dongeng.jpg" width="320" /></a></div>Eksistensi dongeng di tengah kemajuan dunia elekronik menjadi sebuah wacana yang mulai di kembangkan oleh sebagian organisasi dan individu yang memiliki kepedulian terhadapnya. Salah satunya adalah <a href="http://www.facebook.com/login/setashome.php?ref=genlogin#%21/home.php?sk=group_193217417381675&notif_t=group_activity">PARADOKS</a> (Parade Dongeng Anak Nusantara), yaitu sekelompok kompasianer yang akan menggelar festival dongeng anak <i>clasic</i> dan <i>futuristic</i> pada tanggal 23-24 April 2011. Aksi yang dilakukan pada hari itu adalah akan mempublish dongeng-dongeng anak secara bersamaan. Karya yang telah di publikasi itu rencananya akan di inventarisir dan diabadikan dalam media cetak (buku).</div><div class="MsoNormal"><br />
<b>Mengapa dongeng masih perlu digunakan dan apa saja manfaatnya? </b></div><div class="MsoNormal"><br />
Pada dasarnya, <b>dongeng adalah salah satu media hiburan bagi anak anak</b>, karena dengan dongeng anak anak bisa merasa tenang dan nyaman dalam menjelajahi cakrawala imajinasinya. Sementara itu sebagai pendongeng (khususnya orang tua) dituntut untuk senantiasa bisa memiliki wawasan yang <i>kreatif</i>, <i>edukatif</i> dan <i>imajinatif</i>, sehingga sajian dongeng bisa menjadi sebuah hiburan yang bermanfaat ganda bagi anaknya, yaitu memberikan hiburan dan petuah di dalamnya.</div><div class="MsoNormal"><br />
Secara garis besar dongeng bermanfaat bagi perkembangan psikologi anak dan keharmonisan hubungan dalam sebuah keluarga. Dimana didalamnya terjadi intraksi hubungan yang harmonis antara pendongeng (orangtua) dan yang menyimak dongeng (anak). Lebih jelasnya adalah sebagai berikut : </div><div class="MsoNormal"><br />
<i>Pertama</i>, anak akan memvisualisasikan latar, tokoh dan keseluruhan situasi yang terjadi dalam sebuah dongeng, sehingga daya kreativitasnya dalam berimajinasi akan senantiasa dipicu. Dari sini maka jika dongeng di berikan dengan kontinuitas yang relatif stabil maka daya kreasi anak pun akan semakin terpicu untuk lebih kreatif lagi. <b>Dengan kata lain dongeng bisa mengasah daya fikir dan imajinasi anak</b>.</div><div class="MsoNormal"><br />
<i>Kedua,</i> <b>metode penyampaian pesan moral yang efektif</b>. Mengintip keberhasilan orang tua dalam menyampaikan pesan moral atau wejangan melalui dongeng memang sudah menjadi sebuah alasan dongeng kembali di galakan. Dalam hal ini, nasihat atau pesan pesan moral yang disampaikan orang tua kepada anaknya, akan lebih cepat diresapi dan diterima oleh pendengar (anak anak) melalui dongeng. Kemasan cerita yang di pilih memang menjadi salah satu penentu muatan moral yang disampaikan.</div><div class="MsoNormal"><br />
<i>Ketiga</i>, <b>menumbuhkan minat baca</b>. Anak usia pra-sekolah yang kerap kali mendegarkan dongeng, akan terpancing untuk mencari dan membaca cerita yang telah di dengarnya tersebut ketika dia telah bisa membaca. Dari sini diharapkan anak yang diawali dengan membaca dongeng tersebut akan terpancing untuk membaca buku/tulisan yang lebih variatif seperti sains, sosial budaya, agama dan sebagainya.</div><div class="MsoNormal"><br />
<i>Keempat,</i> <b>Dongeng menjadi sebuah jembatan spiritual yang mengarah pada kedekatan emosional antara pendongeng dan penyimaknya</b>. Dalam hal ini orang tua sebagai pendongeng akan mendapat nilai plus dari anaknya, sehingga kedekatan emosional itu menjadi sebuah manfaat yang secara tidak langsung diperoleh dari aktifitas mendongeng. Tak dapat dipungkiri penulis sebagai contohnya merasakan begitu hanyatnya seorang ibu waktu dulu menceritakan dongeng, sehingga pada saat ini sosok ibu menjadi sorang yang angat dirindukan.</div><div class="MsoNormal"><br />
<i>Kelima,</i> <b>memicu daya kreatifitas dan memancing wawasan luas bagi orang tua</b>. Daya kreatifitas berfikir anak yang telah diberikan dongeng, bisa memicu dan menimbulkan rasa keingin tahuan yang begitu banyak. Maka orang tua senantiasa dituntut untuk mencari jawaban atas semua pertanyaanya. Selain itu orang tua juga akan diasah kreatifitasnya dalam penyampaian jawaban, karena baik kosakata maupun kejadian yang berlangsung tidak bisa diterima/dimengerti oleh anak pada beragam usianya. Sehingga orang tua akan mengalami perkembangan wawasan dan kreatifitas yang drastis.</div><div class="MsoNormal"><br />
Dari sekian manfaat dongeng untuk anak, orang tua seyogyanya harus bisa memilih dongeng yang sesuai untuk perkembangan psikologi anak. Disini beberapa dongeng memang memiliki nilai budaya yang luhur namun seorang anak belum tentu bisa menyaring dan memposisikan muatan moral ada di dalamnya. Sebgai contoh dongeng : Dongeng klasik Sangkuriang yang mengisahkan romantika percintaan anak kepada ibunya, dan dongeng lain yang bisa diterima dan ditafsirkan oleh orang dewasa. namun bagi anak sebaiknya tidak di berikan terlbih dahulu. Karena dikhawatirkan akan menimbulkan pemahanan yang negatif bagi perkembangan psikologi anak.</div><div class="MsoNormal"><br />
<b>Dongeng dan manfaat yang bisa disisipkan dalam ceritanya. </b></div><div class="MsoNormal">Ada tiga jenis dongeng yang biasa di berikan kepada anak anak yaitu, dongeng <i>binatang/fable</i>, <i>dongeng biasa</i> dan <i>dongeng lelucon</i>. Dari ketiga dongeng yang disebutkan semuanya bisa diberikan orang tua kpada anaknya dengan cara memilih content cerita yang sesuai. Dalam hal ini modifikasi atau bahkan dongeng karya sendiri bisa menjadi pilihan yang bisa diberikan, dengan kata lain orang tua dituntut untuk bisa mencari sebanyak banyaknya sumber dongeng atau inspirasi untuk membuat dongeng baru, sebagai bahan untuk mendongeng.</div><div class="MsoNormal"><br />
Jenis dan manfaat ketiga dongeng tersebut diantaranya adalah :</div><div class="MsoNormal"><i>Pertama, </i><b>Dongeng binatang/fable.</b> Dalam dongeng ini binatang bisa berbicara dan bertingkah seperti manusia, sehingga muatan moral yang bisa diberikan daiantaranya : anak bisa memahami perasaan binatang jika tiak diberi kasih saying oleh majikannya. Menggambarkan perwatakan binatang dan sifat baik dan buruknya, contoh kesombongan kelinci yang di kalahkan dalam loba lari oleh kura kura. Menggambarkan kerukunan semut yang senantiasa saling menyapa kepada kawanananya, selain itu semut memiliki ketekunan bekerja sehingga di musim hujan mreka memili persediaan makan yang banyak.</div><div class="MsoNormal"><i>Kedua,</i> <b>Dongeng biasa.</b> Dongeng ini mengisahkan cerita yang memiliki kisah kisah bermuatan suka dan duka yang di kemas sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik dan bermuatan moral. Dongeng klasik yang biasa di ceritakan adalahsperti dongng bawang putih dan bawang merah. Manfaat dari dongeng ini biasanya memiliki kisah retorika dalam cerita yang bis di tmukan pada kehidupan sehari hari. Sebagai contoh rasa saling sayang menyanyi antara sahabat, keluarga dan seluruh lingkungan yang ada. Dalam dongeng ini kecenderungan kemiripan dengan realita yang ada memang lebih besar daripada dongeng binatang/fabel.</div><div class="MsoNormal"><i>Ketiga,</i> <b>Dongeng lelucun</b>. Dongeng ini lebih banyak memuat cerita cerita humor yang menyuguhkan hiburan bagi anak seperti dongeng sikabayan (jawa barat) yang lugu dan penuh dengan akal dalam kehidupannya shari hari. Manfaat dongeng ini selain hiburan bisa juga disisipkan nilai nilai moral yang ada dari tokoh didalamnya, dan pendongeng dalam hal ini harus bisa mengolahnya sedmikian rupa sehingga dongeng tersebut tidak hanya memiliki manfaat sebagai hiburan saja.</div><div class="MsoNormal"><br />
Terlepas apakah dongeng masih menjadi salah satu media yang digunakan orang tuan untuk menghibur anaknya atau menjadi media penyampaian nilai moralitas kehidupan, yang jelas dongeng memang menjadi salah satu budaya yang memiliki nilai positif jika di berikan dengan baik kepada anak. Namun demikian eksistensi dongeng dewasa ini memang mulai berkurang karena tersisihkan oleh perkembangan media elektronik yang semakin pesat.</div><div class="MsoNormal"><br />
Dengan demikian mari kita budayakan kembali mendongeng sebagai salah satu budaya yang memilki nilai nilai pelestarian budaya yang luhur ini. Selain itu sisi positifnya yang ada antara perkembangan psikologi anak, perkembangan wawasan orang tua, serta hubungan antara orang tua dan anak bisa menjadi salah satu alasan untuk kita membiasakan mendongeng kepada anak.</div>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-64604244372300129412011-03-26T22:34:00.000-07:002011-03-26T22:34:13.733-07:00Kritik Teori Psikologi.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://farm3.static.flickr.com/2652/4103824310_9f289569cb.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="375" src="http://farm3.static.flickr.com/2652/4103824310_9f289569cb.jpg" width="500" /></a></div><br />
<div style="text-align: justify;">Kalau kita amati sepintas teori-teori psikologi kontemporer yang tersedia di dunia akademik kita, boleh jadi akan timbul kesan bahwa semuanya baik-baik saja. Kesan ini akan membawa sikap lanjutan, yaitu bahwa yang penting untuk kita lakukan adalah sekedar menerimanya dan mengoperasikannya di lapangan. Akan tetapi, jika teori-teori itu kita cermati secara kritis, sangat boleh jadi kesan baik tersebut akan buyar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kritisisme – kiranya kita semua sepakat – sangat diperlukan agar suatu karya budaya apapun, termasuk psikologi, menjadi dinamik: tumbuh dan berkembang menuju penyehatan dan penyempurnaan. Lebih-lebih lagi bagi kita, masyarakat akademik negara dunia ketiga, sikap kritis bukan saja akan mengantarkan kita menjadi konsumen ilmu yang baik, akan tetapi juga menjadi prasyarat utama bagi tumbuhnya kreativitas penciptaan teori-teori baru (theoriebuilding) atau bahkan teori-teori psikologi berparadigma baru. Relevansi dan urgensi untuk hal yang disebut terakhir itu kiranya jelas dengan sendirinya, yaitu mengingat psikologi adalah ilmu yang sangat sentral dan sarat nilai, yakni menyangkut pemahaman dan perlakuan terhadap kehidupan kejiwaan manusia. Sementara kita tahu, bahwa psikologi yang kita hadapi saat ini adalah psikologi Barat dengan segala muatan nilai-nilai kulturalnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berikut ini kita akan dicoba-kemukakan kritik teori psikologi atau kritik terhadap teori-teori psikologi, yang akan meliputi kritik empiris, kritik epistemologis, dan kritik ideologis.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kritik teori ini diharapkan dapat menyingkap cacat-cacat sistemik yang melekat pada (beberapa) teori psikologi. Dengan kritisisme ini, dan selanjutnya dengan tetap memelihara sikap arif, yakni tetap mengapresiasi dan memanfaatkan (apa yang kita anggap sebagai) kebenaran-kebenaran yang terkandung dalam psikologi Barat tersebut, diharapkan akan memunculkan sikap progresif. Yang dimaksud dengan sikap progresif adalah keberanian melakukan upaya-upaya inisiasi untuk membangun paradigma atau teori-teori psikologi alternatif yang lebih sesuai dengan keyakinan akal dan jiwa sehat kita, yang diharapkan dapat memainkan peran besar dalam upaya menyehatkan dan memanusiawikan peradaban, dan yang integratif dengan pandangan ideologis kita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kritik Empiris</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Teori adalah abstraksi yang bersifat umum dan formal dari hasil-hasil temuan lapangan. Dalam psikologi, teori-teori itu sering merupakan abstraksi dan generalisasi dari suatu sampel penelitian terhadap perilaku sejumlah manusia di suatu masyarakat dan kebudayaan tertentu. Suatu teori juga dibangun di atas landasan postulat dan asumsi-asumsi tertentu yang seringkali berbeda antara satu dan lain teori (Suriasumantri, 1984). Dengan demikian pada gilirannya kita bisa mempersoalkan apakah suatu teori mampu menjelaskan suatu kenyataan lapangan tertentu atau dapat berlaku dalam kenyataan lapangan dengan setting budaya yang berbeda dari budaya asal teori tersebut dirumuskan. Demikian juga terhadap konsep-konsep yang mendasari teori tersebut, dan metode penerapan teori tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Untuk contoh kritik empiris ini dapat dikemukakan temuan antropolog Margaret Mead (1928) di masyarakat Samoa, yaitu bahwa anak-anak remaja Samoa ternyata tidak mengalami apa yang dikenal sebagai storm and stress dalam masa perkembangan mereka. Padahal konsep storm and stress yang merupakan hasil temuan pada anak-anak remaja di Amerika Serikat waktu itu dianggap sebagai konsep yang universal, berlaku di mana saja. Kultur di Samoa, rupanya berbeda dengan di Amerika, memungkinkan masa remaja – yang merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa – berlangsung secara mulus saja, tanpa storm and stress.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Contoh lain adalah temuan antropolog Ruth Benedict, bahwa dorongan berkompetisi yang oleh para ahli psikologi semula dianggap sebagai insting, dus bersifat universal, ternyata juga sangat tergantung pada sistem kebudayaan. Pada masyarakat suku Indian Zuni ternyata tidak ditemukan adanya semangat kompetisi. Yang ada adalah semangat untuk selalu membantu orang lain yang mengalami kesulitan. Di sana masyarakat tidak melihat perlunya bersaing untuk mengalahkan orang lain. Demikian juga pada suku Hopi, Arapesh, dan Pueblo.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Contoh lain lagi adalah kritik empiris terhadap konsep-konsep psikoanalisa (Sigmund Freud) dan teori-teori yang mendasarkan diri pada konsep-konsep tersebut. Betapapun kaburnya konsep-konsep psikoanalisa tersebut, sejumlah ahli telah berhasil melakukan studi empirik yang dalam keseluruhan hasilnya ternyata menyangkal kebenaran konsep-konsep dan teori-teori itu. Branislav Malinowski (1927) tidak memperoleh bukti adanya apa yang dinamakan konflik oedipal di antara penduduk pulau Torbiand. Prothro (1961) dalam studinya terhadap praktik-praktik pendidikan anak di Libanon memperoleh bukti bahwa karakter anal sesungguhnya tak berhubungan dengan toilet training seperti yang diteorikan Freud. Dan, Victor E. Frankl (1964) lewat serangkaian penelitiannya memperoleh kesimpulan bahwa tak ada hubungan antara citra ayah positif dangan keyakinan agama seseorang dan sikapnya terhadap Tuhan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kritik Epistemologis</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Epistemologi (filsafat pengetahuan) adalah pembahasan logis tentang apa yang mungkin diketahui oleh manusia, dan bagaimana cara manusia mendapatkan pengetahuan. Epistemologi, yang merupakan inti sentral setiap pandangan dunia (world view) ini menyibukkan diri dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai apa sumber-sumber pengetahuan; apa hakekat, jangkauan, dan wilayah pengetahuan; bahkan tentang apakah memang dimungkinkan manusia memperoleh pengetahuan; dan kalau iya sampai pada tahap mana pengetahuan yang dapat dianggap manusia (Sahakin & Sahakin, 1965). Tercakup di dalam epistemologi adalah pembahasan mengenai filsafat ilmu yang secara spesifik mengaji hakekat pengetahuan ilmiah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Karena semua pembahasan filsafati itu bersendikan logika, maka yang dimaksud dengan kritik epistemologis adalah pengujian apakah suatu teori mengandung kontradiksi tertentu dalam konstruknya, atau apakah dalam diri teori itu memiliki konsistensi logis atau tidak. Hal yang sama dilakukan terhadap konsep-konsep yang mendasari suatu teori.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berikut ini beberapa contohnya. Pandangan statistikal atau pendekatan grafik-kurva-normal adalah salah satu norma untuk menjawab pertanyaan: siapakah yang normal dan siapakah yang abnormal secara psikologis? Berdasarkan konsep ini disimpulkan bahwa orang-orang yang normal adalah orang-orang yang berperilaku psikologis sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Mereka, yang normal, adalah yang terkumpul di tengah grafik yang berbentuk lonceng itu. Pandangan seperti ini mengandung kesulitan logis, dikarenakan konsekuensinya kita harus menganggap orang-orang yang emosinya luar biasa stabil, misalnya, sebagai orang-orang abnormal, sama seperti orang-orang sub-normal yang mengalami gangguan emosional gawat atau orang-orang neurotik.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Norma lain, dari sudut pandangan kultural, konsep keabnormalan jauh lebih kabur lagi. Ini disebabkan karena pandangan tersebut memberikan kewenangan menimbang kenormalan dan keabnormalan seseorang pada lingkungan sosio-kultural orang tersebut. Karena itu tingkah laku yang dianggap abnormal pada suatu masyarakat atau suatu kelompok tertentu, bisa saja dianggap normal jika orang itu pindah ke kelompok lain. Malik B. Badri (1986) memberi contoh sebuah adat istiadat Sudan (yang non-Islam) di daerah Gezira, di mana pada upacara-upacara perkawinan, pengatin pria mencambuki beberapa orang laki-laki, yaitu teman-temannya, yang dengan sangat suka rela menjadi memar-memar tubuhnya, seolah dalam trance hipnotik. Sementara itu, para penonton wanita bersorak-sorai memberi semangat dan menikmati peristiwa yang dipandang sangat “normal” tersebut. Menyaksikan peristiwa itu, psikolog Amerika penganut Freudianisme mungkin akan menganggap pengatin pria atau teman-temannya yang dicambuki itu sebagai pengidap kelainan seksual. Si pengantin pria akan dicap sebagai seorang sadistik yang mendapatkan kenikmatan erotik dengan menyakiti orang lain, dan yang dicambuki adalah orang-orang masokhis yang terpuasi nafsu erotiknya dengan disakiti.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kritik Ideologis</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kritik ideologis bertujuan menyingkap dan mengungkap segi-segi ideologis, nilai-nilai, pandangan-pandangan dasar tentang manusia dan semesta yang mendasari atau menyusup dalam suatu teori atau juga ikut membonceng dalam penerapan suatu teori.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anggapan bahwa ilmu tidak memberikan penilaian (evaluation), tapi hanya mau mengemukakan fakta apa adanya dengan cara objektif sebagaimana yang bisa disimpulkan dari suatu kumpulan data dan fakta empiris, telah disangkal keras oleh Gunnar Myrdal (1969). Dalam semua usaha ilmiah tidak bisa dihindarkan adanya suatu unsur apriori. Oleh sebab itu, unsur-unsur apriori yang berupa asumsi-asumsi dasar, faham-faham ideologis yang mendasari suatu teori hendaknya tidak disembunyikan, melainkan harus dirumuskan dengan jelas agar dapat secara terbuka didiskusikan. Jelaslah bahwa fakta-fakta tidak mengoganisir diri menjadi konsep-konsep dan teori-teori hanya karena diamati. Fakta-fakta dapat diorganisasi menjadi konsep atau teori hanya setelah diolah dengan menggunakan kerangka konseptual tertentu yang tentunya sudah ada dalam benak sang teoritisi atau dipilih secara apriori. Bahkan apa yang dinamakan fakta-fakta ilmiah pun hanya akan tampak jika dilihat dengan kerangka gagasan atau teori tertentu yang tentunya dipilih secara subjektif, dan tidak tampak kalau kita memakai kerangka gagasan atau teori yang lain. Bagi orang yang hanya percaya pada empirisme, misalnya, adalah berarti ia sudah berpihak kepada empirisme dan tidak pada intuisionalisme. Dus, sudah tidak netral lagi. Maka bagi seorang empiristik, objektivitas sudah diredusir maknanya menjadi kepastian empiris belaka (Myrdal,1969).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jadi, seorang psikolog yang memandang manusia sebagai seekor binatang materialistik yang bermotivasi tunggal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik dan sosialnya “di sini dan saat ini” (here and now), dengan sendirinya – dalam hal ini, setidak-tidaknya – berpandangan atheis. Manusia dianggap tidak memiliki jiwa, orientasi dan kerinduan terhadap hal-hal yang tinggi dan metafisis sifatnya. B.F. Skinner yang dengan tegar tidak mau mengakui adanya apa yang dimaksud dengan kehendak bebas (free will) dalam perilaku manusia, dan yang memandang manusia bagai mesin belaka (Hjelle & Ziegler, 1981), maka tentunya di dalam sistem psikologinya berkonsekuensi menonsenskan tanggung jawab manusia. Kenapa manusia harus bertanggung jawab jika ia tidak lebih dari mesin yang bertingkah laku semata atas dasar stimulus-respons? Sama pula dalam psikoanalisa Freud, pertanggungjawaban mustahil diminta karena manusia hanyalah binatang yang bergerak atas dorongan insting: eros dan thanatos. Memang, psikoanalisa tidak terlepas dari pandangan Freud bahwa konsep Tuhan tidak lain adalah sebuah delusi ciptaan manusia. Dan, Freud menyesali kenapa manusia masih menyembah apa yang dianggapnya sebagai ilusi palsu yang diciptakan karena kebutuhan-kebutuhan masa kecil. Begitulah, dalam pandangan psikologi tadi, manusia hanyalah sekedar makhluk psiko-fisikal-sosial belaka, tak ada jiwa atau ruh yang menautkan manusia dengan Tuhan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">DAFTAR PUSTAKA:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Badri, Malik B., Dilema Psikolog Muslim, (Terjemahan Siti Zaenab Luxfiati),</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jakarta: Penerbit Firdaus, 1986</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hjelle, Larry A. & Ziegler, Daniel J., Personality Theories: basic Assumtions,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Research, and Aplications, Auckland: McGraw-Hill International Book</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Company, 1981</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Myrdal, Gunnar, Objectivity in Social Research, New York: Pantheon Books,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">1969</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sahakin, William S. & Sahakin, Mabel L., Realm of Philosophy, Cambridge:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Schenkman, 1965</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu, Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1984</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">(Dimuat di majalah ilmiah “Kalam”, Yogyakarta, nomor 5 vol. III tahun 1993; kemudian dimuat di buku “Membangun Paradigma Psikologi Islami”,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">editor: Fuat Nashori, Yogyakarta: penerbit Sipress, 1994)</div>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-47704659368863440922011-03-26T22:28:00.000-07:002011-03-26T22:28:12.266-07:00Psikologi Kematian.<div style="text-align: justify;"><strong>Hidup dan ada didunia ini hingga saat ini tidak pernah berpesan pada Tuhan sebelumnya</strong> dan hingga menjadi apa nanti, terlahir dari rahim siapa pun tak pernah berpesan pada Tuhan sebelumya. Hingga kekurangan dan kelebihan yang diberikan Tuhan itupun bukan barang pesanan. Karena mungkin kita sudah tahu Tuhan menerapkan sistem dagang ala supermarket atau plaza yang tidak mungkin untuk ditawar dan tidak dapat dipesan sebelumnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Mungkin setiap dari kita sudah tahu dan mengerti akan barang dagangan Tuhan yang tidak dapat ditawar – tawar lagi oleh satupun mahluk-Nya didunia ini, seperti ; lahir dan menghilang “maut atau ajal”, jodoh dan rejeki</strong> yang kesemuanya itu dibalut dan dirangkai dalam suatu paket produk yang dinamakan takdir.</div><div style="text-align: justify;"><strong>Berbicra mengenai takdir “kematian” …</strong></div><div style="text-align: justify;">Kematian merupakan hal yang sangat ditakuti oleh siapa pun “manusia” yang hidup, termasuk kalian “pembaca” dan mungkin saya “penulis”. Karena dalam benak kita yang hidup, <strong>kematian merupakan suatu proses berhentinya fungsi – fungsi tubuh secara keseluruhan baik fisik atau pun non fisik yang bersifat permanent “selamanya”.</strong> Dalam hal ini mati lahir dan mati bathin.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Kematian merupakan suatu fenomena alam yang sudah pasti dan akan datang pada setiap partikel – partikel yang memiliki nyawa</strong> dan hidup, baik hewan, tumbuhan dan kita manusia. Karena pada dasarnya bagi <strong>kita yang hidup telah melakukan perjanjian khusus denga Sang Khalik bahwa stelah kita dihembuskan nafas kehidupan maka akan diambil kembali kapan waktu dan setelah kita dicukupkan atau disempurnakan</strong> baik akal, pengetahuan hingga usia yang diberikan. Mau atau tidak mau, bisa atau tidak bisa da suka atau tidak suka.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Jika kita yang hidup tidak mati,</strong> maka dunia ini akan muak dan sumpek karena tidak mampu menopang kita yang selalu beregenerasi dan menghasilkan keturunan – keturunan baru. Dunia ini pun akan terasa sempit karena volume dunia yang terbatas dan tidak sebandingnya dengan kapasitas manusianya yang semakin bertambah. Bayangkan…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Dan jika kita yang hidup akan tetap hidup dan tidak mati,</strong> maka Tuhan dengan segala kuasa dan kekekalan-Nya patut untuk dipertanyakan. Karena <strong>Tuhan itu sendiri pun sudah patut untuk dipertanyakan ke-eksistensian-Nya yang ditopang oleh dimensi “ruang dan waktu”.</strong></div><div style="text-align: justify;">Pernah penulis bertanya ketika penulis duduk dibangku kuliah di salah satu kampus islami ternama di Jakarta. <strong>Pertanyaan yang mungkin nyeleneh dan sedikit sedehana tetapi sulit untuk mendapatkan penjelasan yang berawal dari sebuah kue putih yang mengatas namakan penebusan dosa.</strong></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><strong> </strong><br />
<div style="text-align: justify;"><strong>Pertanyaannya adalah :</strong></div><div style="text-align: justify;">Jika kita umat islam diajarkan tentang hari pembalasan serta akhirat, yang mengartikan bahwa disana kita akan dimasukan kedalam surga jika kita beramal shaleh selama hidup didunia dan kita akan dimasukan kedalam neraka jika kita banyak berbuat maksiat selama hidup. Begitu pula diajaran umat nasrani yang mengatakan jika kita makan kue putih yang cerita atau mungkin riwayatnya penebusan dosa dari Isa Almasih, maka umat Nasrani pun akan masuk kedalam surga. Diajaran agama lain seperti Hindu dan Budha pun juga mengenal satu dimensi setelah kita meninggalkan dunia ini dan menuju alam kekal, yaitu surga dan neraka. Intinya sederhana kesemua agama mengajarkan kebaikan dan mengatakan tentang satu alam kekal setelah kita bermutasi dari alam fana ini dan meninggalkannya menuju alam kekal.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Sedangkan yang menjadi pertanyaannya adalah …</strong></div><div style="text-align: justify;">Jika setelah kita semua mati dan ternyata disana tidak ada yang surga atau neraka, disana hanyalah ruang hampa dan gelap serta tak ada apa – apa. Kita bagaikan setitik cahaya dalam kegelapan tanpa siapaapun dan tanpa apa pun dan tiba – tiba kita kembali lagi kedunia fana ini untuk menebus dosa masa lalu “reinkarnasi”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Jawaban yang sangat tidak memuaskan dan berkecendrungan memvonis</strong> itu terlontar dari mulut sang nara sumber yang mengatakan itu adalah faham kosong “Nihilsme” tanpa adanya penjelasan lebih lanjut meski setelah seminar itu bubar sang nara sumber datang dan mengusap – usap punggung ku seraya berkata pertanyaan bagus hanya waktunya saja yang tidak tepat. Mungkin ada dimensi – dimensi lain dibelahan dunia ini atau mungkin dibelahan ruang dan waktu yang mungkin memilki celah untuk diamati serta dikaji lebih dalam lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ada satu hal yang penulis ingin sampaikan melalui bingkai karikarur pemikiran penulis pada kalian “pembaca” sekaligus teman belajar ku… Bahwa kematian itu adalah sesuatu yang wajar dan akan menghampiri serta datang pada setiap mahluk yang bernyawa. Tetapi bagaimana kita menghadapi kematian itu ketika datang…</div><div style="text-align: justify;">Jika boleh penulis menganalogikan konsep tentang datangnya kematian maka akan tervisualisaikan dua konsep kematian yang ada dibenak penulis, yaitu</div><ol style="text-align: justify;"><li>Kematian akan datang dalam perwujudan wanita cantik dengan senyuman serta membawa kopi hitam dengan sebatang samsu. Jika memang kematian seperti itu datangnya maka tidak akan ada yang merasa takut untuk mati.. Ketakutan – ketakutan akan kematian yang datang adalah karenakan oleh kitanya saja belum siap untuk mati karena kita masih banyak doasa dan mungkin kita terlalu mencintai dunia yang semu ini.</li>
<li>Kematian akan datang dalam perwujudan laki – laki berkumis tebal layaknya debt kolektor yang datang membawa berkas utang piutang yang seakan – akan menagih dan akan menyita jika kita tidak membayarnya. Jika memang kematian seperti itu datangnya maka tidak ada ynag siap intuk mati meski ia mendertia didunia. Karena jangankan untuk melihat, untuk membayangkannya saja kita sudah enggan</li>
</ol><div style="text-align: justify;">Ada satu hal yang lebih menakutkan dari penjelmaan kematian pada versi yang ke dua (2), yaitu matinya eksistensi diri serta jati diri. Karena kematian jenis ini merupakan kematian psikis yang menyebabkan matinya identitas diri kita.</div><div style="text-align: justify;">Siapa kita ?</div><div style="text-align: justify;">Dari mana kita?</div><div style="text-align: justify;">Dan Akan Kemana kita</div><div style="text-align: justify;">Dari ketiga pertanyaan yang mendasar tersebut timbul satu pernyataan tentang konsep KITA yang mengatakan bahwa KITA berfikir maka KITA ada</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiX2QF5PyhAPLkaEvajLkO3dcNiiXoQ5voTNJWYCdFV488NDy3VlOPkMblMaaIGcLjZdgcY-h_Kc5qVFm4wo5ROD8EQkO-49Z3y8JOgO19oel4UVYfJ1iMR-Ap-Mgtzab4PPY-W6FDElVo/s400/kematian211.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="166" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiX2QF5PyhAPLkaEvajLkO3dcNiiXoQ5voTNJWYCdFV488NDy3VlOPkMblMaaIGcLjZdgcY-h_Kc5qVFm4wo5ROD8EQkO-49Z3y8JOgO19oel4UVYfJ1iMR-Ap-Mgtzab4PPY-W6FDElVo/s320/kematian211.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Kematian jenis inilah yang seharusnya lebih ditakuti dan di antisipasi bukan kematian fisik melainkan kematian karakter…maka gunakanlah akal pikiran serta nurani selama hidup sehingga jika kita mati nanti “fisik” karakter kita akan tetap hidup dalam diri dan pikiran orang lain.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sumber : </div><a href="http://filsafat.kompasiana.com/2010/04/20/psikologi-kematian/">psikologi kematian</a>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-84330690103900126962011-03-26T22:22:00.000-07:002011-03-26T22:22:16.413-07:00Aliran-aliran Psikologi dan Implikasinya Terhadap Kegiatan Belajar dan Mengajar.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://bisnisukm.com/wp-content/uploads/2010/09/motivasi-belajar-dari-kesalahan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="224" src="http://bisnisukm.com/wp-content/uploads/2010/09/motivasi-belajar-dari-kesalahan.jpg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;">Dalam psikologi banyak sekali hal yang harus dipelajari. Namun seyogyanya sebelum menginjak pada materi yang lebih luas dan lebih dalam lagi kita harus mengerti dan mengetahui aliran-aliran yang ada dalam psikologi. Setelah mempelajari aliran-aliran psikologi sebagai calon pendidik kita juga dituntut untuk mengetahui implikasi aliran-aliran tersebut dalam proses kegiatan belajar mengajar. Berikut ini adalah ulasannya :</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><br />
</div><div></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;">1. <b>Aliran Nativisme atau aliran pembawaan</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Aliran ini dijuluki aliran pesimistis karena melihat sesuatu hanya dari kacamata hitam saja</span><span lang="SV">. </span>Aliran nativisme mengemukakan bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat bawaan, baik karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun memang ditakdirkan demikian. Menurut aliran ini, pendidikan tidak dapat diubah dan senantiasa berkembang dengan sendirinya.</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="IN">2. </span><b><span lang="IN">Aliran Empirisme atau Aliran Lingkungan </span></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Menitik beratkan pada bagaimana kita akan mengisi hidup melaksanakan hal-hal baik itu positif maupun negative, jadi tergantung pada masing-masing individu itu sendiri.</span><span lang="SV"> </span>P<span lang="IN">ada intinya aliran empirisme menguraikan bahwa perkembangan anak sepenuhnya tergantung pada faktor lingkungan, sedangkan faktor bakat tidak ada pengaruhnya. Dasar pikiran yang digunakan adalah bahwa pada aktu dilahirkan, anak dalam keadaan putih bersih, seperti kertas putih yang belum ditulis, sehingga bisa ditulis menurut kehendak penulisnya. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="IN">3. </span><b><span lang="IN">Aliran Konvergensi atau Aliran Persesuaian</span></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Tokoh aliran ini yaitu Louis William Stern (1871 – 1938). Aliran ini pada intinya merupakan perpaduan antara pandangan nativisme dan empirisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan manusia. Dengan pengertian di atas dapat ditemukan hubungan antara faktor lingkungan dan faktor keturunan (konstitusi). Faktor lingkungan dan faktor keturunan menjadi sumber munculnya tingkah laku sehingga kedua faktor ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;">4. <b>Behaviorisme</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Aliran tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.</span>Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterima dari lingkungan sekitarnya. Aliran ini sangat menekankan pada lingkungan sebagai aspek yang sangat berpengaruh dalam perkembangan manusia. Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut ; pertama perlakuan terhadap individu didasarkan kepada tugas yang harus dilakukan sesuai dengan tingkat tahapan dan dalam pelaksanaannya harus ada ganjaran dan kedisiplinan<span lang="IN">. </span>Motivasi belajar berasal dari luar <i>(external) </i>dan harus terus menerus dilakukan agar motivasi tetap terjaga<span lang="IN"> merupakan implikasi yang kedua</span>. Implikasi yang ketiga, metode belajar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan disiplin ilmu tertentu<span lang="IN">. </span>Implikasi yang keempat, tujuan kurikuler berpusat pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta tingkah laku sosial<span lang="IN">. </span>Pengelolaan kelas berpusat pada guru dengan interaksi sosial sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai. Implikasi yang ketujuh adalah mengefektifkan belajar, dilakukan dengan cara menyusun program secara rinci dan bertingkat sesuai serta mengutamakan penguasaan bahan atau keterampilan<span lang="IN">. </span>Yang terakhir kegiatan peserta didik diarahkan pada pemahiran keterampilan melalui pembiasaan setahap demi setahap demi setahap secara rinci<span lang="IN">.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b>5. Kognitif </b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span lang="SV">teori ini membahas munculnya dan diperolehnya skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya. Teori digolongkan pada teori Konstruktivisme, teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Menurut teori ini belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. </span>Pada aliran ini perkembangan kognitif ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif yang anak dengan lingkungan. Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah saat guru memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan konsep-konsep, Memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide menggunakan pola-pola berfikir formal. Untuk mempermudah penerapanya kita dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut. Pertama adalah Perlakuan individu didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Yang kedua tujuan kurikuler difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan kognitif, bahasa, dan motorik dengan interaksi sosial berfungsi sebagai alat untuk mengembangkan kecerdasan<span lang="IN">. Yang ketiga, </span>bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik dengan guru sebagai fasillitator<span lang="IN">. </span>Yang terakhir, mengefektifkan mengajar dengan cara mengutamakan program pendidikan yang berupa pengetahuan-pengetahuan terpadu. Tujuan umum dalam pendidikan adalah untuk mengembangkan sisi kognitif secara optimal dan kemampuan menggunakan kecerdasan secara bijaksanaan<span lang="IN">.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b>6. Humanisme</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Aliran Humanisme sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya. </span><span lang="IN">Aliran ini memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan</span><span lang="IN"> </span><span lang="IN">kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ad</span>a. Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut. Pertama, perlakuan terhadap individu didasarkan akan kebutuhan individual dan kepribadian peserta didik<span lang="IN">. </span>Kedua, motivasi belajar berasal dari dalam diri (intrinsik) karena adanya keinginan untuk mengetahui<span lang="IN">.</span>Ketiga, metode belajar menggunakan metode pendekatan terpadu dengan menekankan kepada ilmu<span lang="IN">-</span>ilmu sosial<span lang="IN">. </span>Keempat, tujuan kurikuler mengutamakan pada perkembangandari segi sosial, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan individu dan orang lain. Kelima, bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik yang mempunyai kebebasan memilih dan guru hanya berperan untuk membantu<span lang="IN">. </span>Keenam, untuk mengefektifkan mengajar maka pengajaran disusun dalam bentuk topik<span lang="IN">-</span>topik terpadu berdasarkan pada kebutuhan peserta didik. Yang terakhir, kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar melalui pemahaman dan pengertian bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan.</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="fullpost">7<b>. </b></span><b><span class="fullpost">Gestalt</span></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">Menurut teori ini persepsi manusia terjadi secara menyeluruh, sekaligus dan terorganisasikan, tidak secara parsial atau sepotong-sepotong.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut. Pertama, <span class="fullpost">pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. Kedua, pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.</span> Ketiga, <span class="fullpost">perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya. </span>Keempat, <span class="fullpost">prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. Yang terahir,</span> <span class="fullpost">transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span class="fullpost">8. </span></b><span class="fullpost"><b>Kontruvisme</b> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan kita sendiri. Pengetahuan merupakan hasil dari knstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur kategori konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan. </span><span class="fullpost">Aliran psikologi ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks. Siswa harus berusaha memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan menggunakan ide-ide.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Implikasinya dalam pembelajaran adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa tetapi juga mendorong siswa agar dapat menerapkan ide-idenya sendiri. Semakin baik cara memotifasi guru terhadap siswanya maka akan semakin bersemangatlah siswa mengembangkan ide-idenya sendiri. Setelah itu diharapkan siswa dapat lebih kreatif dalam mencari informasi yang berguna bagi dirinya sendiri. Dan cara pemecahan masalah akan lebih variatif karena satu siswa dengan siswa lainnya.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="fullpost">9<b>. </b></span><b><span class="fullpost">Aliran Asosiasi</span></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Pengembangan dari empirisme pada Renaisans yang mempelajari tentang manusia. Menurut Aliran Asosiasi bahwa prosesi psikiologi adalah ”Asosiasi Ide”. Unsur atau elemen terkecil dari jiwa manusia adalah Simple idea. Simple idea bukan bawaan dari lahir, merupakan hasil yang diperoleh manusia. Apabila simple idea yang satu dengan yang lain di gabung akan menghasilkan complex idea, apabila complex idea di gabung akan menghasilkan Compund idea (gabungan ide).</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Sumber : </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><br />
</div><a href="http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/16/aliran-aliran-psikologi-dan-implikasinya-terhadap-kbm/">disini</a>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-88003000230265817772011-03-26T22:13:00.000-07:002011-03-26T22:13:50.574-07:00The Power Of Kepepet.<div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHDogO5iC39jT8S-mlThcdq__IoecYY6vnaqGL156gz8R4WheeOvIjddK2kQ4bLY-7LiN5zKbSwv0O0eLIeShQxgJ3LTL-JkVKb6AmGJsTKQJH91rXFsSIE762X5Sw_GuPmC7rjv5G518/s1600/the+power+of+kepepet.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="199" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHDogO5iC39jT8S-mlThcdq__IoecYY6vnaqGL156gz8R4WheeOvIjddK2kQ4bLY-7LiN5zKbSwv0O0eLIeShQxgJ3LTL-JkVKb6AmGJsTKQJH91rXFsSIE762X5Sw_GuPmC7rjv5G518/s320/the+power+of+kepepet.jpg" width="320" /></a></div><br />
Dalam kehidupan sehari-hari, selain hal-hal yang konvensional selalu kita temui, peristiwa-peristiwa yang luar biasa kadang pun terjadi. Bagi sebagian besar dari kita percaya telah mendengar cerita seperti “orang yang bisa melompati pagar yang tingginya 3x tinggi badannya karena dikejar-kejar anjing padahal ia bukan atlit” ataupun percaya terhadap cerita “seorang ibu yang mampu mengangkat mobil oleh karena anaknya tercepit dibawahnya”. Serta berbagai kisah sukses lain yang dilatarbelakangi keterbatasan seseorang kemudian kini menjadi orang yang sukses bahkan tangguh.</div><div style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kisah seorang mahasiswa yang hampir di DO dari almamaternya oleh karena tidak adanya biaya pendidikan oleh karena keterbatasan pendapatan orang tua, mengharuskan mahasiswa memenuhi kebutuhannya tersendiri, yang kemudian berakhir menjadi Profesor, sudah tidak asing lagi ditelinga kita.</div><div style="text-align: justify;">Peristiwa-peristiwa tersebut dapat dijelaskan dalam konsep psikologi kepepet. Yaitu, seseorang menjadi memiliki motivasi yang tinggi untuk melaksanakan sesuatu ketika tidak ada pilihan lain, ketika melakukan hal itu merupakan harga mutlak bagi dia. Bagaimana orang yang terbatas secara finansial, kemudian melakukan berbagai langkah yang “terpaksa” untuk sama-sama dengan mahasiswa yang lain dapat menyelesaikan studinya. Sehingga dengan modal minimal seperti membaca buku di perpus benar-benar merupakan hal yang harus. Berbeda mungkin dengan mahasiswa umumnya yang serba tepenuhi kebutuhanya, justru tidak pada performasi optimal. Hal keharusan melakukan sesuatu itu, terjadi karena kondisi yang “tidak ada pilihan”, kemudian menyebabkan terangsanya motivasi yang begitu kuat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam psikoanalisis dikenal konsep tentang libido. Yaitu merupakan energi psikis yang dapat muncul oleh karena tekanan yang kuat. Kemampuan memori yang lebih pun bukan hal yang tidak mungkin, bahkan peristiwa-peristiwa sepeti contoh diatas pun bukanlah hal yang tidak mungkin.</div><div style="text-align: justify;">Hal yang menarik adalah sesungguhnya manusia memilki potensi yang sangat besar, bahkan sebagian orang telah mengetahui potensinya. Maka pertanyaanya apakan kita akan senatiasa berusaha mengoptimalkan potensi yang ada setiap saat? Ataukah kita hanya akan selalu “terpaksa” mengoptimalkan diri hanya karena kepepet?</div><br />
Sumber : <a href="http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/29/pskologi-kepepet/">psikologi kepepet</a>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-58624835750810584182011-03-26T22:03:00.000-07:002011-03-26T22:03:09.827-07:00Kepribadian dalam Psikologi.<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b>KEPRIBADIAN</b></div><div></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://images.detik.com/content/2010/04/28/763/17-kepribadian-%28dailymail%29-dalam.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://images.detik.com/content/2010/04/28/763/17-kepribadian-%28dailymail%29-dalam.jpg" /></a></div><span style="font-size: 12pt;">Kepribadian bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan. Pada Dasarnya manusia memiliki komplit atau beraneka ragam kepribadian namun penonjolan karakternya masing - masing memiliki perbedaan yang tersusun atas dasar fatalitas jasmani dan rohania, di samping ada faktor temperamen, karakter,dan bakat fitalitas jasmani seseorang bergantunng pada konstruksi tubuhnya yang terpengaruh oleh factor-faktor hereditas sehingga keaadaanya dapat di katakan tetap atau konstan. Dalam kepribadian memiliki bersifat berubah ubah dan mengikuti keadaan mental seseorang yang sifatnya khas.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Ada beberapa teori - teori kepribadian :</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;">1.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 12pt;">Teori</span><span style="font-size: 12pt;"> Psikoanalisis </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain. </span><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu. Kepribadian menurut teori ini, dipengaruhi oleh tiga sistem yaitu id, ego, dan super ego. Teori ini dikemukakan oleh Freud.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;">2.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 12pt;">Teori sifat</span><span style="font-size: 12pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">menurut teori ini kepribadian dapat mencerminkan sifat seseorang. </span><span style="font-size: 12pt;">Sifat disini dapat meliputi sifat kardinal, sifat sentral, sifat skunder, viscerotonia, somatotonia, dan cerebretonia.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;">3.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 12pt;">Teori behaviorisme </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">kepribadian merupakan pengamatan yang sistematis, dan mempunyai latar belakang genetis yang unik. Dan kepribadian ini diperoleh melalui belajar. Belajar disini berarti bahwa penyebab tingkah laku bukan dari dirinya sendiri melainkan dari kedudukan seseorang di lingkungannya.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;">4.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 12pt;">Teori psikologi kognitif </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">kepribadian manusia merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Ini berarti bahwa dalam kepribadian, antara aspek fisik dan aspek psikis tidak dapat dipisahkan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Tipe kepribadian antara lain melancholis yang berarti rang-orang yang mempunyai tipe kepribadian ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga. </span><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">Sanguinis </span><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">orang yang mempunyai tipe kepribadian ini selalu menunjukkan wajah yang berseri. </span><span style="font-size: 12pt;">Flagmatis kepribadian ini mempunyai pembawaan yang tenang. </span><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">Namun, wajahnya selalu menampakkan pesimistis. Sifatnya malas d</span><span style="font-size: 12pt;">an mempunyai pendirian yang tidak mudah berubah. Terakhir adalah Koleris atau orang dengan tipe kepribadian ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Faktor yang memepengaruhi kepribadian pertama yaitu keturunan. Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong gen dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. </span><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi. Faktor yang kedua yaitu lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan. Norma dalam keluarga, teman, kelompok sosial dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">Karakteristik sifat sifat kepribadian yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><span style="font-size: 12pt;">SIKAP</span></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">Pengertian Sikap sikap menurut Notoatmodjo merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">Dapat diartikan juga sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai.Sikap bukanlah perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">Sikap relatif lebih menetap atau jarang mengalami perubahan</span><span style="font-size: 12pt;">. </span><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Pertama kognitif yaitu kepercayaan seseorang mengenai yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.</span><span lang="EN-GB" style="font-size: 12pt;"> Kedua afektif</span><span style="font-size: 12pt;"> yang m</span><span lang="EN-GB" style="font-size: 12pt;">enyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. </span><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.</span><span style="font-size: 12pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Terakhir konatif yang menyangkut komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi. Faktor yang mempengaruhi sikap antara lain a</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">danya akumulasi pengalaman dari tanggapan-tanggapan tipe yang sama</span><span style="font-size: 12pt;">, p</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">engamatan terhadap sikap lain yang berbed</span><span style="font-size: 12pt;">a, h</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">asil peniruan terhadap sikap pihak lain secara sadar </span><span style="font-size: 12pt;">ataupun</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;"> tidak sadar</span><span style="font-size: 12pt;">, pengalaman yang baik atau buruk. </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">Karakteristik Sistem Sikap</span><span style="font-size: 12pt;"> meliputi s</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">ikap ekstrem </span><span style="font-size: 12pt;">atau s</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">ulit berubah</span><span style="font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">onsistensi </span><span style="font-size: 12pt;">berupa </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">sikap yang stabil</span><span style="font-size: 12pt;">, i</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">nterconnectedness </span><span style="font-size: 12pt;">mengenai </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">keterikatan suatu sikap dengan sikap lain dalam suatu kluster.</span><span style="font-size: 12pt;"> K</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">onsonan </span><span style="font-size: 12pt;">yang maksudnya </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">sikap yang saling berderajat selaras akan lebih cenderung membentuk suatu kluster.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><span style="font-size: 12pt;">PRASANGKA</span></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. John E. Farley mengklasifikasikan prasankgka e dalam tiga kategori, pertama prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar, prasangka afektif berkaitan apa yang disukai dan tidak disukai. prasangka konatif atau bagaimana kecenderungan seseorang dalam bertindak. Ada beberapa faktor yang menyebabkan prasangka diantaranya yaitu prasangka dalam rangka mencari kambing hitam, berprasangka karena ia sudah dipersiapkan di dalam lingkungannya, karena adanya perbedaan yang menimbulkan perasaan superior, ataupun karena kesan yang menyakitkan.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><span style="font-size: 12pt;">PERSEPSI</span></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya (Bimo Walgito). Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Davidoff). Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi tersebut dibuat. Jenis – jenisnya antara lain persepsi visual didapatkan dari indra penglihatan, ersepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran, persepsi pengerabaan didapatkan dari indera peraba yaitukulit, persepsi penciuman, persepsi pengecapan atau rasa pada lidah.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;"><br />
</span><span style="font-size: 12pt;"> <b>KONSEP DIRI</b></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">Diri merupakan suatu organisasi dari aspek-aspek yang saling berkaitan, yang membentuk suatu struktur kepunyaan dengan segala sejalanya. Aspek yang terdapat dalam diri saling berkaitan dan saling melengkapi untuk dapat mengkondisikan diri itu sendiri. Aspak-aspek tersebut yaitu aspek fisik dan aspek psikis, dengan segala komponennya yaitu emosi, psikososial, mental, pola pikir, dan komponen yang lain. Diri merupakan sesuatu yang dapat dilihat melalui panca indra yaitu mata. Diri yang dapat dilihat inilah merupakan aspek fisik yang ada dalam diri.</span><span lang="FI" style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-size: 12pt;">Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Menurut Hurlock (1978:237), pemahaman atau gambaran seseorang mengenai dirinya dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek fisik dan aspek psikologis. Gambaran fisik diri menurut Hurlock, terjadi dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya, kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungan dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata orang lain. Sedangkan gambaran psikis diri atau psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Konsep diri tidak dibawa sejak lahir tetapi secara bertahap sedikit demi sedikit timbul sejalan dengan berkembangnya kemampuan persepsi individu. Konsep diri manusia terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang dari kecil hingga dewasa. Bayi yang baru lahir tidak memiliki konsep diri karena mereka tidak dapat membedakan antara dirinya dengan lingkungannya. Menurut Allport (dalam Skripsi Darmayekti, 2006:21) bayi yang baru lahir tidak mengetahuui tentang dirinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep diri, antara lain usia<br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Konsep diri terbentuk seiring dengan bertambahnya usia, dimana perbedaan ini lebih banyak berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan, Berikutnya inteligensi yaitu semakin tinggi taraf intreligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, Selanjutnya tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan prestisenya, status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain terhadap dirinya. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri seseorang, seseorang yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama, selanjutnya mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda mengenal diri lewat oranglain, akan membentuk konsep diri sendiri serta kelompok - kelompok yang secara emosional mengikat individu, dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep dirinya. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt;">Sumber : </span> </div><a href="http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/28/kepribadian-ditinjau-dari-psikologi/">klik ini</a>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-9248737413586993552011-03-26T21:53:00.000-07:002011-03-26T21:53:28.341-07:00Psikologi- antara Realita Mimpi dan Imaginasi<div style="text-align: justify;"><b><i>Mimpi adalah kunci</i></b></div><div style="text-align: justify;"><b><i>Untuk kita taklukan dunia</i></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjv6mNdS41qCfRipSLKknmLzlXj94HbhyfCvS6wXPumP9SOBAJ3WiANJ7pqk8NbYCmkDqc-wOH0CyzIck73tSBgtiPcZpPUKJ-P22E7AIHWBdFUzE7LBhIuZ0iY33whugZMH7HngqWHlQ/s1600/davi-art-mix.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjv6mNdS41qCfRipSLKknmLzlXj94HbhyfCvS6wXPumP9SOBAJ3WiANJ7pqk8NbYCmkDqc-wOH0CyzIck73tSBgtiPcZpPUKJ-P22E7AIHWBdFUzE7LBhIuZ0iY33whugZMH7HngqWHlQ/s320/davi-art-mix.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Itu adalah sepenggal lagu yang menjadi soundtrack film “ Laskar Pelangi”, sebuah kisah yang benar-benar menggugah hati, perjalanan kisah anak-anak desa terpencil yang merintis hebatnya perjalanan hidup yang diawali dari sebuah MIMPI.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">MIMPI, apakah hebatnya arti dari kata tersebut? Bagaimana bisa dengan sebuah kata bisa membuat sebuah realita kehidupan yang tak terduga?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Apa itu mimpi? Mungkin mimpi disini masih sering dikaitkan dengan visi. Lalu apa itu visi ? Dalam bahasa Inggris visi berasal dari kata vision artinya pandangan jauh ke depan. Bisa dimaknai sebagai realitas yang ingin dicapai. Bila mimpi sering dikaitkan dengan visi, mungkin karena keduanya merupakan sesuatu yang abstrak. Tapi sebenarnya mimpi dan visi itu berbeda, karena visi adalah mimpi yang sengaja diciptakan di alam sadar, sedangkan mimpi merupakan pulsa otak yang tidak beraturan. Tetapi, sering terjadi, orang-orang yang benar-benar mengidamkan visi nya tercapai, terbawa ke alam mimpi, hal ini dapat dijelaskan karena sesuatu yang sangat diharapkan, sesuatu yang benar-benar diangankan, akan selalu terbayang sehingga membuat amigdala merekamnya pada otak bawah sadar kita, sehingga hal tersebut dapat muncul pada alam mimpi kita. Hal ini tidak negative, justru sangat penting agar dapat terus termotivasi mewujudkan visi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ada sebuah kalimat yang menurut saya sangat menginspirasi, seperti di bawah ini :</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ Vision without action is only a dream, action without vision is only merely passing out of time, but vision with action can change the world…”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jadi bila visi hidupmu hanyalah sebuah angan dan imajinasi tanpa perealisasian yang nyata (not action) maka visi itu hanya sekedar mimpi dan sebatas imajinasi. Tapi jika visi itu diikuti dengan realisasi (action) maka kamu dapat mengubah dunia ini. Ini adalah sebuah pilihan hidup. Ada label harga yang harus dibayar untuk mendapatkan mimpi-mimpi itu, yaitu dengan menjalani proses perealisasiannya, tidak bisa tidak. Ini adalah harga mutlak yang sama sekali tidak bisa ditolak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hidup ini mungkin dapat dianalogikan seperti sebuah peperangan penaklukan dunia. Kita adalah pasukan perang yang megemban visi menaklukan tempat tersebut (ex. Salah satu tempat di dunia). Untuk mendapatkan tempat tersebut (visi) maka kita harus membayar label harganya yaitu menghadapi musuh-musuh yang menghalangi kita. Musuh-musuh ini diibaratkan tantangan maupun rintangan yang kita rasakan dan alami dalam hidup. Musuh ini datang setiap waktu tidak dapat ditentukan karena merekapun memiliki strategi menghancurkan kita, jika kita loyo, letih, istirahat, ataupun merasa tidak mampu, maka sudah dapat dipastikan bagaimana akhir dari peperangan ini. Oleh karena itu, no time wash, no time just kidding, no time useless. Karena sebelum sempat kita menikmati kesenangan sesaat itu, kepala kita telah dipenggal oleh musuh. Oleh karena musuh begitu gencar, bila kita tidak memiliki strategi dan membuat perencanaan yang matang, sama saja merencanakan kegagalan atau menyerahkan diri untuk dibunuh. Jadi tidak ada pilihan lain kecuali memperkuat diri dengan pembuatan strategi dan latihan. Sebuah kalimat “harus lebih baik” mungkin pernyataan yang tepat, karena jika tidak seperti itu kita pasti akan kalah. Pada hakikatnya hanya ada 2 peran dalam setiap peperangan yaitu menang atau kalah. Jika tidak ada pertengahan dalam sebuah peperangan. Menang atau kalah adalah sebuah pilihan hidup, bukan sebuah takdir ataupun nasib. Kita sendiri yang membuat pilihan-pilihan itu menjadi nasib bagi kita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Merancang sebuah perjalanan hidup kita, merancang nasib adalah sebuah pilihan, lakukan atau tidak. Apabila kita mengambil Ya, maka itulah yang disebut Misi dan strategi hidup. Namun jika memilih tidak dan mengatakan bahwa “ saya tidak kuasa menentukan nasib saya, saya hanya bersandar pada nasib yang sudah ditentukan” maka, satu pesan untuk Anda : “ mati Anda lebih baik dari hidup Anda” !!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Misi hidup adalah sebuah rancangan langkah-langkah (strategi) yang kita ambil untuk mewujudkan visi hidup kita. Langkah-langkah itu harus spesifik, jelas, dapat diukur dan memiliki batas waktu. Misalnya untuk 5 / 10/ 20 tahun kedepan, kita harus sudah menggapai hal A dan B yang mendukung visi kita. Ini yang dinamakan startegi jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Setelah semuanya dirancang, maka hal yang sangat tidak mungkin langsung terwujud jika tidak ada sebuah perealisasian nyata, yaitu dengan berkomitmen menjalankan program-program tersebut, mana yang perlu didahulukan, peralatan apa saja yang di butuhkan, dsb. “ Think big, start now, and act now”. Setelah direalisasikan, kita pun harus selalu mengontrol pelaksanaan program tersebut (evaluasi) agar kita dapat menyempurnakan apa yang sudah kita lakukan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bila semua telah kita usahakan dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan kemampuan kita, maka hasil akhirnya ada di tangan sang pemilik jiwa ini, pemilik langit dan bumi serta yang ada di antara keduanya, ALLAH. Karena atas rahmat Nya lah kita bisa mendapatkannya, oleh karena itu berdoalah, karena itu merupakan kekuatan seorang mukmin.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Semoga beberapa tahun yang akan datang, kita semua dapat tersenyum bahagia ketika mimpi-mimpi dan imajinasi kita bisa menjadi sebuah realita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sumber : <a href="http://filsafat.kompasiana.com/2010/11/27/psikologi-antara-realita-mimpi-dan-imaginasi/">Klik Ini</a></div>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-3978082548583758582011-03-26T21:44:00.000-07:002011-03-26T21:44:42.074-07:00Terapi Psikologi Kenakalan Anak/Remaja.<div style="text-align: justify;">“Anak saya bandel sekali” ucap seorang ibu yang mempunyai anak 10 tahun.<br />
“Anak saya lebih parah, putus sekolah, dikeluarin dari sekolah” sahut seorang ibu yang stres berat.<br />
“Pembantu saya suka mencuri, tidak takut dimarahi, tidak pernah jera, merusak properti kami” keluh seorang majikan yang kesal<br />
</div><div style="text-align: justify;">“Anak asuh kami senang berbohong, tidak tanggung jawab, tidak pernah menaati peraturan, sering berkelahi, tidak dapat diatur, sering pergi sesuka hati tanpa permisi” jawab seorang pengasuh panti asuhan.<br />
” Teman saya seorang pembunuh tanpa meninggalkan jejak dan tanpa merasa bersalah sama sekali” pinta seorang seorang teman sepermainanya. </div><div style="text-align: justify;">Beberapa pernyataan di atas merupakan kejadiaan yang benar-benar nyata dan sungguh menyeramkan dan sekaligus mencemaskan lingkungan sekitar kita.. Ya.. Antisosial.. Manusia yang mempunyai superego yang sangat lemah, nilai dan norma sosial yang sangat buruk, moralitas yang tidak terjaga dan tidak memiliki aturan sosial.</div><div></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Untuk sebutan di zaman moderenisasi ini sebagai manusia psikopat atau sosiopat.. mereka mempunyai ciri-ciri yang sangat kompeks yang tentunya berhubungan dengan aspek aspek sosial dan masyarakat seseorang.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Secara umum bagi orang-orang yang belum mengetahui sebutan dari antiosial, mereka menyebut orang-orang yang mempunyai sisat-sifat di atas sebagai “Bad Boy”atau “Bad Girl”. Mereka hanya mengira perilaku-perilaku terganggu tersebut merupakah hal yang wajar atau merupakan suatu penyesuaian sosial atau perubahan/perkembangan seseorang dari satu masa ke masa berikutnya. Namun, mereka belum mengetahui bahwa manusia antisosial adalah manusia yang terganggung secara psikologis secara berkesinambungan hampir di setiap aspek kehidupannya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ada beberapa faktor yang menyebabkan manusia menjadi antisosial adalah adalah :<br />
1. Pola asuh keluarga. Orang tua yang tidak menyerapkan aturan-aturan di dalam keluarga sehingga membuat anak menjadi tidak terorganisasi. Orang tua yang terlalu menyanyangi anaknya/membela anaknya walaupun salah/melindungi anaknya dari kesalahan sehingga membuat anaknya menjadi manja dan tidak dapat menerapkan hukum benar atau salah. dll<br />
2. Figur Orang tua. Orang tua yang tidak mempunyai model yang baik, orang tua yang mempunyai perilaku antisosial menyebabkan anak-anaknya mengikuti model dari orang tuanya. Kehilangan orang tua atau tidak adanya figur orang tua juga menyebabkan anaknya tidak dapat menemukan model yang akan dicontohinya sehingga membuat anak mencontohi orang lain terutama orang yang kurang bijaksana.<br />
3. Lingkungan. Salah satu perkembangan dan kepribadian manusia ditentukan oleh faktor lingkungan.<br />
4. Biologis/Genetika. Ahli ilmu pengetahuan menemukan bahwa ada kesalahan/kerusakan otak pada sang anak.<br />
5. Dll<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYPnbzvhtmL6giRuSAdfbtU3bm82NRgd2attVAbR3vl4ghZ0RbWPtY2bTuTsch3r1AEPKqOirPfFXlxs-jDF9vW8jiPKvZqoR737gabVHa9Qt0LVJwWO7eIXWHlXEIYIfhgYwj3GL7nz4/s1600/20081201104957.jpg"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYPnbzvhtmL6giRuSAdfbtU3bm82NRgd2attVAbR3vl4ghZ0RbWPtY2bTuTsch3r1AEPKqOirPfFXlxs-jDF9vW8jiPKvZqoR737gabVHa9Qt0LVJwWO7eIXWHlXEIYIfhgYwj3GL7nz4/s320/20081201104957.jpg" style="height: 240px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
Setelah memasuki masa dewasa, mengapa manusia antiosial tidak takut untuk membunuh dan tidak merasa sedih/tertekan sama sekali bahkan dapat hidup normal dan berpakai rapi seperti para eksekutif ???</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Ya.. karena mereka mengalami Gangguan Kepribadian Antisosial.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Penanganan yang dapat kami berikan adalah menggunakan 2 metode penyembuhan, yaitu penyembuhan secara psikologis dan fisik. Mengapa fisik ?? Karena gangguan tersebut diyakini oleh para ahli yang mengatakan bahwa adanya kemungkinan kelebihan hormon yang dapat meningkatakan agretivitas.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Penangan secara psikologis mencakup terapi tingkah laku (behavioritis therapy), terapi kognitif (perubahan cara berpikir), terapi cermin dan terapi moralitas.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kemudian disamping itu, kami juga menambahkan terapi fisik untuk membantu menyelaraskan organ-organ tubuh yang diyakini dapat menganggu otak, tulang, hormon dan agretivitas. Terapi yang diberikan adalah terapi fisioterapi, terapi akupunktur, terapi akupresure dan terapi listrik.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Intinya kami menyembuhkan klien secara keseluruhan secara fisik dan psikis.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Siapapun yang menemukan orang-orang yang seperti ini :<br />
1. Tidak takut pada hukuman.<br />
2. Mengulangi kesalahan yang sama terus menerus.<br />
3. Tidak bertanggung jawab<br />
4. Bermuka dua (Ramah di depan dan buruk di belakang)<br />
5. Suka berbohong<br />
6. Berkelahi, tidak mau mengerjakan kewajibannya, putus sekolah.<br />
7. Tidak mempunyai rasa malu<br />
8. Melanggar semua norma sosial dan masyarakat<br />
9. Dll</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jika anda menemukan anak anda mempunyai sifat antisosial.. segera konsultasi dengan ahlinya dan cari penangananya. Karena semakin lama dibiarkan maka gangguannya akan semakin berat dan banyak bahkan jika kita membiarkan antisosialnya berkembang sampai dewasa maka anak tersebut dapat menjadi seorang pembunuh.<br />
<br />
Sumber : </div><a href="http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2011/01/19/terapi-psikologi-kenakalan-anakremaja/">Disini</a>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-35916825727881807582011-03-26T21:36:00.000-07:002011-03-26T21:36:35.593-07:00Psikologi–What’s Your Focus?<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://st-aug1.com/academics/Divisions/images/psychology1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://st-aug1.com/academics/Divisions/images/psychology1.jpg" /></a></div><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hidup ini ibarat sebuah perjalanan panjang untuk mencapai suatu tempat akhir. Proses perjalanan itulah yang dinamakan waktu-waktu kehidupan. Dalam perjalanan tersebut seringkali ditemui hambatan maupun kesenangan, yang kesemuaannya berfungsi sebagai kumpulan pengalaman yang digunakan sebagai acuan perjalanan selanjutnya. Jalan tiap orang di muka Bumi ini berbeda-beda. ibaratnya ada yang perjalanannya lewat bagian barat, timur, utara, selatan (dan lainnya), namun tujuan akhir tetap sama, yaitu menuju ke satu titik akhir.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ketika seorang manusia dilahirkan, maka sesungguhnya dia telah memulai perjalanannya. Meskipun tidak terlalu terlihat, namun saat masih bayi dia telah melakuakan sesuatu yang dapat ia lakukan dalam proses perjalanan itu. Fisik nya, ruh nya, Bakat yang dimilikinya, minatnya, tidak akan sama dengan manusia lain (olehkarena itulah manusia disebut unik) sehingga semua manusia memiliki peran masing-masing dalam perjalanan hidupnya. Peran tersebut tidak dapat digantikan dengan oranglain, karena ibarat alat elektronik, spesifikasinya berbeda.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jalan kehidupan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri. Namun bekal yang dibawa seseorang untuk menjalani kehidupan diberi langsung oleh Sang Pencipta. Ketika ia melihat oranglain berbeda dengannya, bukan hal buruk jika ia tidak dapat melakukan hal yang dapat dikuasai oranglain, itu karena bekalnya berbeda, sehingga peran nyapun berbeda, mungkin jalan yang ditempuhpun berbeda. Jadi, sangatlah buruk jika seseorang menjadi stress atau frustasi jika kelemahannya yang menjadi fokus utamanya. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perlu disadari, kehidupan ini seperti petualangan, kita tidak dapat mengandalkan kelemahan kita, yang membuat kita bergantung pada oranglain, karena jika oranglain itu baik, mungkin saja awalnya kita terus terbantu, tetapi disaat musuh besar datang, yang membuatnya tidak memilimi pilihan sehingga hanya ada kata aku dan kamu, selamatkan diri masing-masing, yang membuat nya fokus pada dirinya, menyelamatkan dirinya dan meninggalkan kita terbunuh oleh musuh. Namun jika kita bergantung pada orang yang buruk, akan lebih parah lagi, mengapa? karena dia ibarat musuh dalam selimut, maka siap-siap saja akan kehancuranmu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jadi, hal yang paling utama adalah jangan pernah menyerahkan tanggungjawab hidup diri pada oranglain. Hanya ada satu orang yang bertanggungjawab akan diri kita, yaitu kita sendiri. Lalu bagaimana dengan senjata diri? Ingat masing-masing kita diberi bekal oleh Sang Pencipta, berupa kelebihan-kelebihan. Meskipun kelebihan itu berbeda, jangan menganggap remeh kelebihan diri. Kelebihan kitalah yang akan menjadi senjata kehidupan kita. Lalu muncul pertanyaan, bagaimana kita tahu senjata itu lebih baik dari senjata oranglain? Jawabannya adalah <b>keyakinan (<i>believe</i>)</b>. Jika kita sendiri sudah tidak yakin, maka senjata itu tidak akan memiliki kesempatan untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya, ataupun jika kita hanya percaya setengah, senjata itu tidak sempat ,mengeluarkan andalannya hingga kita mengatakan bahwa hal ini tidak berguna dan tergesa-gesa menguburnya. Lalu, bagaimana kita bisa melanjutkan perjalanan jika tanpa senjata, jika semua senjata kita telah terkubur? Bergantung pada oranglain mungkin itu pilihan orang-orang dalam keadaan ini. Mereka tidak tahu, jika hal itu dilakukan mereka, ibarat melempar boomerang, maka boomerang itu akan kembali dan mungkin akan menebas lehernya sendiri. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ketika kita bergantung pada oranglain yang secara naruliah memiliki bekal berbeda, maka secara lumrahnya adalah segala hal yang kita fokuskan adalah orang tersebut, kita beranggapan bahwa kekuatan itu adalah kekuatan orang tempat kita bergantung, sedangkan kelemahan itu adalah segala yang tidak dapat dilakukan orang tersebut, paradigma salah ini benar-benar menyesatkan kita, benar-benar akan membawa kita menemui lubang kematian kita sendiri. Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena kekuatan dan kelemahan masing-masing orang berbeda-beda, jika terjadi bias paradigma seperti ini, maka sudah dapat dipastikan bagaimana perjalanan hidup orang yang bergantung tersebut. Hidupnya mungkin akan terdengar seperti sebuah pepatah “ hidup bagaikan air yang mengalir” atau bisa juga dengan pepatah “ Bagaikan air di daun talas”, tidak ada tanggungjawab, tidak ada usaha, tidak ada kerjakeras, <i>just say “all of time is for lazies time, I wanna do whatever I wanna do, n Whatever You say I just know That I don’t responsiblity with my self”</i>. Menjadi orang yang reaktif adalah ciri nya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Fokus seseorang dapat membedakan perilaku seseorang, jika fokus seseorang adalah mimpi yang akan diwujudkannya, maka perilaku nya adalah perilaku terencana yang telah diprogram untuk mendapatkan tujuannya. Kepribadian orang yang dapat fokus pada hidupnya adalah orang-orang yang memiliki kepribadian yang berkarakter dan kepribadian luarbiasa. Namun, jika fokus hidup seseorang masih abu-abu bahkan masih sangat buram, maka perilakunya dapat terlihat sangat mencolok yaitu tidak bertanggung jawab atas hidupnya yang dicirikan dengan banyak mengeluh, hidup di zona nyaman, tidak mau kerja keras, dan istilahnya “nyantai terus”, hidupnya ibarat “dimana angin bertiup disana arahnya mencondong”, tidak memiliki prinsip hidup. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">“<i>Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga kaum itu sendiri yng mengubahnya</i>” jika hal ini direnungi, maka sudah sangat jelas, bahwa kitalah yang bertanggung jawab akan hidup kita, masa depan kita. Bahkan Allah sendiri pun tidak akan mengubahnya, jadi jangan berandai-andai dengan angan-angan kosong. Ini pelajaran sanagat penting!</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jadi jangan meletakkan harapan kosong pada segala kegiatan kita, dengan menyandarkan bahwa <i>nasib yang akan membawa kita pada kehidupan yang semestinya</i>. Kalimat tersebut merupakan hal bodoh yang terdengar sangat buruk yang diucapkan beribu orang dalam masa yang berbeda dg kemasan yang berbeda pula. Sungguh memuakkan !</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kembali ke redaksional awal, bahwa perjalanan hidup kita ditentukan apa sebenarnya yang menjadi fokus utama kita, <i>what’s Your Focus on</i>?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jika Anda fokus pada tujuan Anda dengan memanfaatkan segala bekal kelebihan Anda, maka beruntunglah, karena mungkin Anda akan mendapat tujuan akhir Anda, meskipun ada faktor lain yang berperan yaitu, izin sang Kuasa, karena Dialah yang mengizinkan segalanya terjadi, jadi berdo’alah setelah Anda melakukan terbaik menurut versi Anda. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><i><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Just be Your self”</span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><i><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sumber : </span></i></b></div><a href="http://filsafat.kompasiana.com/2010/11/28/psikologi-what%E2%80%99s-your-focus/">Klik Tulisan Ini</a>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-1596030544573505812011-03-26T09:05:00.000-07:002011-03-26T09:05:42.511-07:00Psikologi Umum<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://latricemontgomery.files.wordpress.com/2009/10/psychology_symbol.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="304" src="http://latricemontgomery.files.wordpress.com/2009/10/psychology_symbol.gif" width="320" /></a></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><strong><span style="font-size: 14pt;">A.Konsep Psikologi</span></strong></span><br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Konsep psikologi adalah generalisasi dari ilmu psikologi yang meliputi pengertian,hubungan psikologi dengan ilmu lain,sejarah,dan aliran-aliran psikologi.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt;"><br />
</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt;">B.Pengertian Psikologi</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Di tinjau dari segi ilmu bahasa, perkataan psikologi berasal dari perkataan <em>psyche </em>yang diartikan jiwa dan perkataan <em>logos</em> yang berati atau ilmu pengetahuan. Karena itu perkataan psikologi sering diartikan atau diterjemahkan dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau disingkat dengan ilmu jiwa.Berikut ini adalah definisi psikologi menurut para ahli :</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-family: Symbol;"><img alt="*" height="13" src="http://edukasi.kompasiana.com/DOCUME~1/Xp/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" style="max-width: 100%; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" width="13" /><span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>Ernest Hilgert (1957) menyatakan dalam bukunya <em>Introduction to Psychology</em>: <em>“Psychology may be defined as the science that studies the behavior of men and other the animal”etc.</em>(Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya).</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-family: Symbol;"><img alt="*" height="13" src="http://edukasi.kompasiana.com/DOCUME~1/Xp/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" style="max-width: 100%; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" width="13" /><span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>George A.Miller (1974:4) menyatakan dalam bukunya <em>Psychology and Comunication: “Psychology is the science that attempt to describe,predict, and control mental and behavior event”.</em>(psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan ,meramalkan,dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku).<em></em></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-family: Symbol;"><img alt="*" height="13" src="http://edukasi.kompasiana.com/DOCUME~1/Xp/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" style="max-width: 100%; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" width="13" /><span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>Cliford T.Morgan (1961:2) dalam bukunya <em>Introduction to Psychology: “Psychology is the science of human and behavior”</em>.( Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan).<em></em></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-family: Symbol;"><img alt="*" height="13" src="http://edukasi.kompasiana.com/DOCUME~1/Xp/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" style="max-width: 100%; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" width="13" /><span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>Robert S.Woodwort dan Marquis DG (1957:7) dalam bukunya <em>Psychology</em>: ”<em>Psychology is the scientific studies of individual activities relation to the inveronment”.</em>( Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitarnya).<em></em></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Berdasarkan definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa <strong>psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hubungannya dengan lingkungan.</strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt;"><br />
</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt;">C.Hubungan Psikologi dengan Ilmu Lain</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Psikologi beserta sub-subilmunya,pada dasarnya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ilmu-ilmu lain dan bersifat timbal-balik.Psikologi memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dan sebaliknya ilmu-ilmu lain juga memerlukan bantuan psikologi.Berikut ini beberapa uraian hubungan psikologi dengan ilmu lain :</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong><br />
</strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong>1.Hubungan Psikologi dengan Sosiologi</strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong></strong>Psikologi mempunyai hubungan yang erat dengan sosiologi karena sosiologi memberikan prespektif dasar tentang kondisi manusia.Jika psikologi dan sosiologi digambarkan sebagai dua buah lingkungan yang saling berpotongan,psikologi social adalah luasan tempat tumpang tindih kedua lingkaran tersebut.Namun psikososial berbeda dengan psikologi karena psiko social mempelajari tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan,sedangkan psikologi mempelajari perilakunya saja.Perbedaan psiko social dan sosiologi adalah psiko social lebih memusatkan pada perilaku individu sedangkan sosiologi lebih menekankan pada kelompok</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong><br />
</strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong>2. Hubungan Psikologi dengan Antropologi</strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Bantuan psikologi terhadap antropologi sangatlah besar,sehingga dalam perkembangannya yang terakhir ,lahir suatau sub ilmu atau spesialisasi dari antropologi yaitu etnopsikologi atau antropologi psikologikal atau juga kebudayaan dan kepribadian.Selain itu hubungan psikologi dengan antropologi menghasilkan suatu cabang antropologi yang lain yaitun <em>anthropology in mental health</em></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong><br />
</strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong>3.Hubungan Psikologi dengan Ilmu politik</strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Psikologi mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu politik karena psikologi berguna atau berperan dalam bidang politik yaitu menyelami gerakan jiwa dari rakyat pada umumnya dan dari golongan tertentu pada khususnya bahkan juga dari oknum tertentu.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong><br />
</strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong>4.Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan</strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Psikologi dan ilmu pendidikan tidak dpat dipisahkan satu sama lain karena mempunyai hubungan timbal balik.Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak lahir hingga mati.Pendidikan tidak berhasil tanpa didasarkan pada psikologi perkembangan.Demikian pula watak dan kepribadian seseorang ditunjukan oleh psikologi. Karena hubungannya yang begitu erat maka lahirlah subdisiplin psikologi pendidikan ( <em>educational psychology</em>).</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt;"><br />
</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt;">D. Sejarah Psikologi dan Psikologi sebagai Ilmu Otonom</span></strong></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Sejarah Psikologi bahkan ilmu pengetahuan yang kita kenal kebanyakan berpusat dari perkembangan awal sejarah eropa dari masa yunani, romawi hingga akhir abad 19 yang kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia.</div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Pendekatan dan orientasi ilmu dalam dunia psikologi bermula dari filsafat masa Yunani, yaitu masa transisi dari pola pikir animisime ke <em>natural science</em>, yaitu pengetahuan bersumber dari alam. Pada masa ini perilaku manusia berusaha diterangkan melalui prinsip-prinsip alam atau prinsip yang dianalogikan dengan gejala alam.</div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Sepanjang masa kekaisaran romawi, perdebatan mengenai manusia bergeser dari topik kehidupan yang luas, hubungan antara manusia dengan lingkungannya /alam, ke arah pemahaman tentang kehidupan secara lebih spesifik, yaitu hubungan antara aspek-aspek di dalam diri manusia itu sendiri.</div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Masa Renaisans adalah peralihan masa, dimana pengetahuan bersifat doktrinal di bawah pengaruh gereja berubah ke masa peran nalar. Semangat pencerahan semakin tampak nyata dalam perkembangan science dan filsafat melalui menguatnya peran nalar (<em>reason</em>) dalam segala bidang. Munculnya diskusi tentang. “<em>knowledge</em>” yang menyebabkan perkembangan ilmu dan metode ilmiah yang maju dengan pesat. Penekanan pada fakta-fakta yang nyata daripada pemikiran yang abstrak. (Berdampak pada kajian psikologi sehingga ingin menjadi kajian yang ilmiah dan empiris)</div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Pasca Renaisans, Psikologi mencoba menjadi bagian dari ilmu faal muncul pada abad 19 seiring dengan kemajuan ilmu alam (<em>natural science</em>). Dimana pada fase inilah mulai ada jawaban yang empirik dan ilmiah dari pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul di masa lalu seperti: Apa itu jiwa (<em>soul</em>)?Bagaimana bentuk konkritnya? Bagaimana mengukurnya? Bagaimana hubungan <em>body-soul </em>? Semua Pertanyaan itu terjawab dengan Kemajuan-kemajuan di bidang fisiologis, meliputi riset-riset di bidang aktivitas syaraf , sensasi, dan otak yang memberi dasar empiris dari soul (jiwa), yang juga sebelumnya dianggap sangat abstrak.</div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Pada akhir abad 19, dengan perkembangan <em>natural science</em> dan metode ilmiah secara mapan sebagaimana diuraikan di bagian sebelumnya, konteks intelektual Eropa sudah “siap” untuk menerima psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri dan formal.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Tanah kelahiran psikologi adalah Jerman. Oleh karenanya munculnya psikologi tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial Jerman yang memiliki misi membentuk manusia berkualitas dan penyedia tenaga kerja yang professional. Wilhelm Wundt, orang pertama yang memproklamirkan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu. Wundt adalah seorang doktor yang tertarik pada bidang fisiologis, dimana fisiologis merupakan jalan bagi psikologi untuk bisa masuk dalam ranah empiris ilmiah dan berdiri sebagai ilmu yang mandiri.Berikut ini beberapa tokoh psikologi yang cukup berperan pada perkembangan ilmu psikologi :</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong>1.Masa Yunani</strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong>a. Psikologi Plato (429-347 SM)</strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong></strong>Menyatakan bahwa manusia terdiri atas jiwa dan badan yang bersifat etis-religius.Teori Plato yang terkenal yaitu tentang <em>idea</em> yang pada dasarnya meliputi dua alam :</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span><em>Alam Transeden (noumenal)</em>yang absolute ,sempurna,bentuk-bentuk ideal yang tidak berubah dimana yang baik merupakan yang utama yang biasanya sebagai kebenaran dan keindahan;juga merupakan sumber dari segala sesuatu yang lain seperti keadilan,ketentraman,semangat.<em></em></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span><em>Alam Fenomenal(dunia tampak)</em>yang tersusun dari segala yang berupaya berubah tapi selalu gagal untuk meniru bentuk-bentuk ideal.<em></em></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong>b.Psikologi Aristoteles (384-322 SM)</strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;">Dalam bukunya <em>De Anima</em>,Aristoteles mengemukakan macam-macam tingkah laku manusia dan adanya perbedaan tingkah laku pada organisme yang berbeda dan memperlihatkan tingkatan sebagai berikut;</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">a)<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span>Tumbuhan ;memperlihatkan tingkah laku pada taraf vegetatif (bernafas,makan,tumbuh)</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">b)<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span>Hewan ; selain tingkah laku vegetatif juga bertingkah laku sensitif</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in; text-align: justify;">c)<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span>Manusia ; manusia bertingkah laku vegetatif,sensitive dan rasional</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong>2.Abad pertengahan</strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong>Psikologi Rene Descartes</strong></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong></strong>Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai gejala –gejala pemikiran atau gejala-gejala kesadaran manusia,terlepas dari badannya.Teori yang terkenal adalah teori tentang kesadaran.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt;">E.Aliran-aliran Psikologi</span></strong></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><strong>1.STRUKTURALISME</strong></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-family: Wingdings;">§<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>Tokoh : WILHELM WUNDT</div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-family: Wingdings;">§<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>Pendapatnya : Untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaaan kita harus mempelajari isi dan struktur jiwa seseorang.</div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-family: Wingdings;">§<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>Metode : Instrospeksi / mawas diri</div><div style="font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in;"></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-family: Wingdings;">§<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>Obyek : Kesadaran</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Elemen mental / elemen-elemen yang lebih kecil</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">1. Jiwa</div></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">2. Kesadaran</div></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">3. Penginderaaan = penangkapan terhadap rangsang yang datang dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil</div></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">Perasaaan sesuatu yang dimiliki dalam diri kita, tidak terlalu di pengaruh rangsangan dari luar.</div></span><br />
<div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"></div><div style="text-align: justify;"><strong>2. FUNGSIONALISME</strong></div><div style="text-align: justify;">Tokoh : WILLIAM JAMES (1842-1910)</div><div style="text-align: justify;">Pendapatnya :</div><div style="text-align: justify;">• Mempelajari fungsi / tujuan akhir aktivitas</div><div style="text-align: justify;">• Semua gejala psikis berpangkal pada pertanyaan dasar yaitu apakah gunanya aktivitas itu</div><div style="text-align: justify;">• Jiwa seseorang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk menyesuaikan diri- Lebih menekankan apa tujuan atau akhir dari suatu aktivitas.Asal Pendekatannya Jerman (ahli filsafat) Pengalaman di analisa dalam unsurnya Amerika (Praktis Pragmatis) Pengalaman di hubungkan untuk hidup / fungsinya penyesuaian diri.</div><br />
<div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><strong>3. ASOSIASISME</strong></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-family: Wingdings;">v<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>Tokoh : THOMAS HOBBES (1588-1679)</div><div style="font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in;"></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-family: Wingdings;">v<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>Pendapatnya : Jiwa terdiri 3 bagian</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. </span><strong style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sensation </strong><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">: Proses seseorang menerima rangsang</span></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. </span><strong style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Secall</strong><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> : Proses seseorang memproduksi kembali yang dialami</span></span></div></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. </span><strong style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Association</strong><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> : Penggabungan rangsang satu dengan rangsang yang lain lahirlah berpikir.</span></span></div></span><br />
<div style="font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.5in;"></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-family: Wingdings;">v<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>Metode : Eksperimen</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. </span><strong style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Thorndike</strong><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">, dalam </span><em style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">law of readiness</em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> untuk mengajarkan sesuatu dengan baik kepada seseorang, maka orang tersebut harus ada kesiapan tentang hal-hal yang akan diajarkan (Hukum Pertautan)</span></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2</span><strong style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">. Law of effect</strong><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">, suatu laku yang dalam situasi tertentu memberi kepuasan akan selalu di assosiakan (di ulang lagi kalau ada kesempatan)</span></span></div></span><br />
<div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><strong>4. PSIKOANALISA / PSIKOLOGI DALAM</strong></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.75in; text-align: justify;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>Tokoh : SIGMUND FREUD (1856-1939)</div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.75in; text-align: justify;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>Pendapatnya : Kehidupan manusia di kuasai oleh alam ketidaksadara</div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.75in; text-align: justify;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>Metode : Eksperimen</div><div style="font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.75in;"></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span>Psikoanalisa sebagai teori kepribadian (gunung es)</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">a) </span><em style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Id</em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">, adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata</span><em style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">.</em><em style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-style: normal;">(b) </span>Superego</em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">, adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu dari lingkungannya.(c)</span><em style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ego</em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">, adalah pengawas realitas.</span></span></span></div><br />
<div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.25in;"></div><div style="text-align: justify;"><strong><br />
</strong><br />
<strong>5. BEHAVIORISME</strong></div><div style="text-align: justify;">a. Tokoh : JOHN BROADUS WATSON (1878-1958)</div><div style="text-align: justify;">b. Pendapatnya : Mempelajari tingkah laku, tingkah laku yang nyata, yang terbuka, yang dapat di ukur secara obyektif.Ilmu tentang tingkah laku, rangsang, kebiasaan, belajar.</div><div style="text-align: justify;">Tingkah laku Tertutup : Tingkah laku, kontraksi otot-otot sekresu kelenjar (gerakan-gerakan yang lemah), berpikir (tidak bergerak-gerak secara halus sekali selama kita berpikir)</div><div style="text-align: justify;">Terbuka :</div><br />
<div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.25in;"></div><div style="text-align: justify;"><strong>6. PSIKOLOGI HORMIC</strong></div><div style="text-align: justify;">a. Tokoh : WILLIAM MC DOUGALL (1871-1944)</div><div style="text-align: justify;">b. Pendapatnya : (Hampir sama Behaviorisme)</div><div style="text-align: justify;">- Tiap-tiap tingkah laku ada yang mendasarinya yaitu tujuan / arah</div><div style="text-align: justify;">- Tingkah laku tidak dapat dipelajari terlepas dari tujuannya</div><div style="text-align: justify;">- Tingkah laku tanpa tujuan itu refleks</div><br />
<div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 0.25in;"></div><div style="text-align: justify;"><strong>7. GESTALT</strong></div><div style="text-align: justify;">a. Tokoh : MAX WERTHEIMER (1880-1943)</div><div style="text-align: justify;">b. Pendapatnya : Bahwa dalam alat kejiwaan tidak terdapat jumlah unsur-unsurnya melainkan Gestalt (keseluruhan) dan tisap-tiap bagian tidak berarti dan bisa mempunyai arti kalau bersatu dalam hubungan kesatuan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sumber : </div><a href="http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/01/psikologi-umum-1/">Klik Disini</a>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-25250377073401076582011-03-26T08:58:00.000-07:002011-03-26T08:58:06.624-07:00Teori Psikologi Adler.<a href="http://sosbud.kompasiana.com/2010/07/13/teori-psikologi-adler/"></a><br />
<div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://fred5080145.files.wordpress.com/2008/09/adler.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://fred5080145.files.wordpress.com/2008/09/adler.jpg" width="246" /></a></div><div style="text-align: justify;">Tema-tama pokok dari teori psikologi Adler antara lain:</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">(1) Mengenai perasaan Inferioritas, Adler mengemukakan dua sumber inferioritas yaitu inferioritas fisik dan inferioritas psikologis</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">(a) Inferioritas fisik adalah rasa tidak lengkap oleh adanya kekurangan dalam tubuh. Dalam praktek kedokteran, Adler tertarik untuk menemukan jawaban mengapa orang yang terserang penyakit tertentu akan berusaha untuk mengatasinya. Ia menemukan bahwagangguan pada tubuh sebenarnya merupakan inferioritas dasar yang timbul karena hereditas atau kelainan dalam perkembangan.</div><div style="text-align: justify;">Contoh terkenal adalah Demosthenes, seorang yang gagap ketika kanak-kanak, namun berkat latihan yang keras kemudian menjadi seorang orator ulung yang terkenal; Theodore Roosevelt, yang lemah fisik pada masa mudanya, berkat latihan yang sistematik menjadi orang yang berfisik tegak.</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">(b) Inferioritas Psikologi, yaitu perasaan-perasaan inferioritas yang bersumber pada rasa tidak lengkap atau tidak sempurna dalam setiap bidang kehidupan. Contoh: anak yang dimotivasikan oleh perasaan inferior akan berjuang untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi. Setelah mencapai perkembangan yang diinginkan, muncul lagi perasaan inferioritas lalu ada perjuangan lagi, demikian akan terjadi seterusnya.</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">Perasaan inferioritas bukan suatu pertanda abnormalitas, melainkan justru penyebab segala bentuk penyempurnaan dalam kehidupan manusia.</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">Dari sudut pandang kesehatan mental ada perasaan inferioritas normal seperti rasa tidak lengkap yang merupakan daya pendorong kuat bagi perkembangan manusia.</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">Manusia didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi rasa inferioritasnya dan ditarik oleh hasrat untuk menjadi rasa superior.</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">Dan ada inferioritas abnormal yang adalah perasaan inferioritas yang dilebih-lebihkan oleh kondisi kondisi tertentu dalam keluarga dan masyarakat. Misalnya karena pemanjaan, penolakan anak, kritik berlebihan, yang akan menghasilkan manifestasi perilaku yang abnormal pula.</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">Perasaan inferior akan ditonjolkan secara kuat sekali apabila anak yang bersangkutan benar-benar memiliki inferioritas baik organik maupun inferioritas bayangan (semu), bila ia termasuk dalam jenis kelamin perempuan, atau menjadi anggota suatu kelompok minoritas.</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">(2) Kompensasi lebih muncul akibat perasaan inferior yang diberi penegakan berlebihan sehingga selanjutnya akan menuntun anak menuju suatu kegiatan kompensatoris dan suatu gaya hidup dengan ciri usaha-usaha aktif untuk mengatasi situasi minus dari inferioritasnya, dengan cara mencapai suatu situasi plus dari superioritas.</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">Tingkah laku kompensatoris itu condong menuntun orang kepada “kompensasi-lebih” lewat usaha-usaha untuk mendominasi orang lain, membangkitkan rasa permusuhan terhadap saingan-saingannya, dan mengembangkan sikap-sikap asosial, seperti ciri-ciri yang dimiliki oleh orang-orang jahat, teror bom/teroris, kriminal atau individu yang suka mengasingkan diri.</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">Individu yang menderita sebagai akibat perasaan inferior yang berlebihan, juga akan didorong oleh satu pikiran mengenai nilai diri yang dibesar-besarkan, arahan khayalan yang tidak masuk akal terhadap apa yang sedang diperjuangkan.</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">Pikiran ini mendominasi seluruh gaya hidupnya. Kesenjangan besar diantara realitas kehidupan individu dan khayalan yang diidealkan, justru menimbulkan banyak kecemasan, usaha-usaha lebih keras lagi, dan “kompensasi lebih” yang semakin parah.</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">Dan hal ini akan menimbulkan suatu lingkaran setan yang tidak ada ujung pangkalnya. Dalam perjuangan kearah superioritas, agresi dianggap lebih penting untuk diperhatikan dari pada seksualitas, lalu impuls agresi diganti dengan hasrat akan kekuasaan. Kekuasaan disamakan dengan sifat maskulin dan kelemahan selalu disamakan dengan sifat feminis.</div></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br />
</div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Sumber : </div><a href="http://sosbud.kompasiana.com/2010/07/13/teori-psikologi-adler/">Klik Disini</a>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-14802573386434863172011-03-26T08:50:00.000-07:002011-03-26T08:50:22.919-07:00Sejarah Singkat psikologi.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWB2H9Imr4prIzb7LfGOfn6IlB1HL4UO5h5GvePgmZJs7sqeR3uArdFMz2vlj-T412SZqL5sjGH0ENRfIOxK3GUnL6WVfmbITvAnPCchiu2bV3s1Wr5PMYIr5v7tDCqOjHScrwaoXmVmQ/s1600/Alfred+Adler+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWB2H9Imr4prIzb7LfGOfn6IlB1HL4UO5h5GvePgmZJs7sqeR3uArdFMz2vlj-T412SZqL5sjGH0ENRfIOxK3GUnL6WVfmbITvAnPCchiu2bV3s1Wr5PMYIr5v7tDCqOjHScrwaoXmVmQ/s1600/Alfred+Adler+1.jpg" /></a></div><br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;">Sama seperti halnya ilmu-ilmu yang lainnya, psikologi telah mengalami berbagai perkembangan sejak dahulu hingga sekarang. Walaupun psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda, namun orang di sepanjang sejarah telah memperhatikan psikologi.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;">Pada zaman sebelum Masehi pun, para filsuf telah membahas tentang jiwa manusia yang berisi diantaranya tentang pengertian, dalil, serta aspek-aspek kejiwaan manusia. Pada saat itu pengertian psikologi banyak dipengaruhi oleh aliran-aliran yang dianut sebelumnya oleh para filsuf masing-masing. Para ahli ilmu filsafat kuno, seperti <strong>Plato (429-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) </strong>pun telah memikirkan hakikat jiwa dan gejala-gejalanya. Setelah masa Yunani, <strong>Santo Augustinus (354-430 M) </strong>dianggap tokoh besar psikologi modern karena perhatiannya pada introspeksi dan keingintahuannya tentang fenomena psikologi, termasuk perilaku bayi dan keramaian massa yang menonton pacuan kuda. Sedangkan <strong>Rene Descrates (1596-1650 M)</strong> yang terkenal dengan teori tentang kesadaran dan mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sama seperti mesin lainnya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;">Banyak ahli filsafat terkenal lainnya pada abad tujuh belas dan delapan belas yaitu seperti <strong>Leibnitz (1646-1716)</strong> yang mengutarakan <strong>teori tentang kesejajaran psikofhisik</strong>, <strong>Hobbes, Locke (1632-1704)</strong> dengan <strong>teorinya</strong> yaitu <strong>tabula rasa</strong>, <strong>Kant,</strong> dan <strong>Hume</strong> yang memberikan sumbangan dalam bidang psikologi.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;">Di sini akan dijelaskan lebih lanjut tentang perkembangan psikologi dari masa ke masa berikutnya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Psikologi Plato (429-347 SM) </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span style="font-family: Wingdings;">à</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"> Plato menyebut tentang jiwa sebagai bersifat immaterial, karena jiwa sudah ada sebelum masuk ke tubuh kita di alam para sensoris yang kemudian dikenal sebagai pre-eksistensi jiwa. Menurutnya, jiwa menempati dua dunia yaitu dunia sensoris (pengindraan) dan dunia idea (yang sifat aslinya berpikir). Karya-karya Plato antara lain buku Phaedo tentang jiwa dan keabadiannya sesudah mati dan Phaedrus tentang cinta. Sedangkan ajarannya yang terkenal ialah tentang idea.</span><br />
<div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Psikologi Arisroteles (384-322) </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span style="font-family: Wingdings;">à</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"> Dalam bukunya yang berjudul De Anima, Aristoteles mengemukakan macam-macam tingkah laku manusia dan adanya perbedaan tingkat tingkah laku pada organisme-organisme yang berbeda-beda. Berikut adalah tingkatan-tingkatan tingkah laku pada organisme :</span><br />
<div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 112.2pt; text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://unga17huney.files.wordpress.com/2010/06/sigmund-freud.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://unga17huney.files.wordpress.com/2010/06/sigmund-freud.jpg" /></a></div>a) Tumbuhan : memperlihatkan tingkah laku pada taraf vegetatif (bernafas, makan, tumbuh)</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 112.2pt; text-align: left;">b) Hewan : selain tingkah laku vegetatif juga bertingkah laku sensitive (merasakan melalui pancaindra)</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 112.2pt; text-align: left;">c) Manusia : bertingakah laku vegetatif, sensitive dan rasional.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 37.4pt; text-align: left;"><span lang="PT-BR"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 37.4pt; text-align: left;"><span lang="PT-BR">Selain itu karya yang lainnya yaitu Parra Naturalia yaitu tentang esei-esei mengenai beberapa topik seperti sensasi, persepsi, memori, tidur dan mimpi.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; margin-left: 37.4pt; text-align: left;"><span lang="PT-BR"></span></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span lang="PT-BR"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span lang="PT-BR"><br />
</span></span><br />
Psikologi Rene Descrates (1596-1650 M) </span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span lang="PT-BR" style="font-family: Wingdings;">à</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span lang="PT-BR"> Menurutnya manusia terdiri atas dua macam zat yang berbeda secara hakiki, yaitu res cogitans atau zat yang dapat berpikir, yang bebas tidak terikat pada hukum-hukum alam dan bersifat rohaniah, dan res extensa atau zat yang mempunyai luas, yang tidak bebas atau terikat, dan dikuasai oleh hukum-hukum alam. Sedangkan psikologi menurut Descrates adalah ilmu pengetahuan mengenai gejala-gejala pemikiran atau gejala-gejala kesadaran manusia, terlepas dari badannya. Ungkapan terkenal dari Descrates yaitu tentang cogito ergo sum yang berarti aku berpikir, jadi aku ada.</span></span><br />
<div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"><span lang="PT-BR"></span></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span lang="PT-BR"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span lang="PT-BR">Psikologi John Locke (1632-1704 M) </span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span lang="PT-BR" style="font-family: Wingdings;">à</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span lang="PT-BR"> Dalam konsep Locke tentang tabula rasaa, dia menyatakan semua pengetahuan, tanggapan, dan perasaan jiwa manusia diperoleh karena pengalaman melalui alat-alat indranya. Sedangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding, Locke mengemukakan bahwa kalau suatu benda dapat dianalisis sampai sekecil-kecilnya, demikian pula halnya dengan jiwa manusia.</span></span><br />
<div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"><span lang="PT-BR"></span></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span lang="PT-BR"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span lang="PT-BR">Psikologi Leibniz (1646-1716 M) </span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span lang="PT-BR" style="font-family: Wingdings;">à</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span lang="PT-BR"> Dia berpendapat bahwa hubungan badan dan jiwanya sebagai bersifat pararel. Badan dan jiwa berjalan sendiri-sendiri tetapi keduanya tunduk pada hukum-hukum yang serupa yang disebut sebagai hukum-hukum mekanika.</span></span><br />
<div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"><span lang="PT-BR"></span></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Psikologi David Hume (1711-1776 M) </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span lang="PT-BR" style="font-family: Wingdings;">à</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"> Salah satu ucapan terkenalnya adalah “ Be a philosopher, but amidst all your philosophies, be still a man” (jadilah seorang filsuf, namun dalam berfilsafat, anda harus tetap seorang manusia). </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span lang="PT-BR">Tema sentral filsafat Hume pada intinya adalah pengalaman terdiri atas kesan dan ide. Ada prisip-prinsip tertentu yang memandu kita dalam mengasosiasi ide-ide, yaitu persamaan (resemblance), penghampiran (contiguity), serta sebab dan akibat.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 14px; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 14px; line-height: 18px;">Sumber : </span></span><a href="http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/10/sejarah-singkat-psikologi/">Klik Di sini</a>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-87400391386168940042011-03-26T02:21:00.000-07:002011-03-26T02:21:35.794-07:00Gempa dan Tsunami jepang Di pandang dari Sisi Psikologis<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.prilude.com/wp-content/uploads/2011/03/tsunami.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="308" src="http://www.prilude.com/wp-content/uploads/2011/03/tsunami.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Kembali Jepang digoyang gempa yang cukup kuat. Berkekuatan 6,4 SR dengan kedalaman 10 km di wilayah Shizuoka. Cukup menggetarkan bagi kami yang tinggal di Fujisawa karena prefektur Shizuoka terletak bersebelahan dengan prefektur kami, Kanagawa. Ini mengingatkan kami kepada trauma terhadap gempa 9,0 SR pada hari Jumat, 11 Maret 2011. Yang paling merasakan dampaknya adalah anak kami yang masih balita. Dia menampakkan gejala stres. Namun, karena belum mampu mengutarakannya, dia hanya bisa diam. Ya, anak saya hanya diam ketika gempa datang atau ketika bunyi isyarat gempa terdengar dari televisi nasional, bahkan ketika mendengar kata “goyang” atau “gempa”. Reaksi diam dan wajah pucatnya akan tertinggal pada dirinya sampai satu atau dua jam pascagempa.</div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span><br />
</span></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span>Semula kami sebagai orang tua bisa mengatasinya. Namun, dengan begitu seringnya terjadi gempa, begitu masifnya terjangan tsunami dan sekarang meningkatnya krisis nuklir di Fukushima, sebagai manusia biasa pun kami mengalami stres. </span>Rasa stres dan khawatir itu tentu saja tidak hanya menghinggapi orang asing, tetapi orang Jepang juga. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya diguncang gempa besar 9,0 magnitudo, disusul tsunami yang meluluhlantakkan, dibuat was-was oleh krisis nuklir yang menyita perhatian dunia, dan disuguhi oleh berita di televisi seputar bencana secara terus-menerus. Bagi orang asing, ditambah lagi dengan berita-berita yang lebih heboh di tanah air; yang membuat keluarga besar di tanah air menjadi khawatir. Lama-lama, secara psikologis, itu akan berpengaruh besar kepada siapa saja.</div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span><br />
</span></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span>Ketika mencoba membuka-buka Buku Panduan Pencegahan Bencana (<em>Disaster Prevention Guidebook</em>) dari pemerintah kota setempat, tidak ada tips mengenai penanganan mental dan psikologi dalam situasi bencana. Semuanya hanya mengenai teknik persiapan menghadapi gempa, cara mengungsi, dan informasi seputar tempat pengungsian. Di televisi pun yang dibahas, selain dampak dan jumlah korban bencana, hanyalah hal seputar teknis-geologis yang untuk masyarakat awam (dalam keadaan darurat) sebenarnya tidak begitu penting lagi.</span></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span><br />
</span></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span>Yang kelihatannya terlewatkan dalam bencana gempa dan tsunami kali ini adalah penanganan aspek sosial dan psikologi dari bencana. Selain tidak adanya tips atau petunjuk pengelolaan aspek kejiwaan dalam situasi krisis bencana dalam buku panduan, menurut salah seorang rekan Jepang, agak cukup sulit pula mendapatkan bantuan tenaga psikolog untuk berkonsultasi seputar penanganan stres dalam bencana. Tenaga psikolog itu ada, tetapi biasanya di wilayah yang terkena dampak bencana paling luas dan parah.</span></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span><br />
</span></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span>Sekarang ini, di Jepang cukup banyak orang asing yang datang untuk belajar, bekerja, atau berwisata. Selain itu, juga banyak orang Jepang yang lahir, besar, atau pernah tinggal di luar negeri. Orang-orang seperti ini kemungkinan memiliki ambang batas toleransi yang tidak sama dengan orang Jepang yang lahir, besar, dan tinggal di Jepang dalam menghadapi bencana. Secara mental, barangkali orang Jepang biasa umumnya sudah siap dan terlatih sejak kecil menghadapi bencana alam, terutama gempa dan tsunami. Namun, hal yang sama mungkin tidak terdapat pada orang asing atau orang Jepang yang lama berada di luar negeri, terutama di negeri yang aman-aman saja dari gempa dan tsunami.</span></div><div style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><span>Dalam manajemen bencana, aplikasi teknologi penginderaan dan deteksi dini mungkin memang sangat perlu, tetapi penanganan aspek mental bagi anggota masyarakat yang terkena bencana juga tidak kalah pentingnya. Mudah-mudahan hal semacam ini bisa dipertimbangkan atau menjadi perhatian dalam menghadapi bencana besar di Jepang di kemudian hari.</span></div>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-5096499046446953832011-03-26T02:15:00.001-07:002011-03-26T02:15:38.922-07:00Teknologi Komunikasi dalam Perspektif Psikologi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdcHpu9bx3MnVWp9veBAUWHa_XIaLF2uofu74leODMRqDyosCeQUoJGYfy9pfRhWBmGdjyyMWP156Iu9HxjNG7nspwRO-YZxWN5biQXilwCeZUPk3PIRbDyzMW5GyyXuj04G2W1mFsWiA/s1600/tes-psikologi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdcHpu9bx3MnVWp9veBAUWHa_XIaLF2uofu74leODMRqDyosCeQUoJGYfy9pfRhWBmGdjyyMWP156Iu9HxjNG7nspwRO-YZxWN5biQXilwCeZUPk3PIRbDyzMW5GyyXuj04G2W1mFsWiA/s320/tes-psikologi.jpg" width="250" /></a></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Perkembangan teknologi informasi dewasa ini menuntut setiap orang untuk melek komputer (<em>computer literacy</em>) karena komputer merupakan alat komunikasi utama bagi miliaran orang. Melalui komputer, masyarakat mempunyai akses secara cepat terhadap informasi dari seluruh dunia. Masyarakat telah banyak memperoleh keuntungan dari penggunaan komputer. Kebanyakan pengguna dari kalangan bisnis dan pribadi dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang cukup karena mereka telah memperoleh akses instan terhadap informasi mana pun di dunia.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Urgensi bagi setiap orang untuk melek komputer semakin meningkat dengan adanya teknologi internet. Internet dihubungkan oleh jaringan yang menjangkau seluruh dunia. Jaringan (<em>network</em>) adalah sekumpulan alat yang saling terhubung melalui media komunikasi dan media transmisi. Ketika komputer terhubung denngan jaringan, keadaan tersebut disebut tersambung/terhubung (<em>online</em>). Jaringan membuat komputer membagi sumber daya, seperti <em>hardware, software</em>, data, dan informasi. Membagi sumber daya menghemat waktu dan uang.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Internet dalah sekumpulan jaringan dari seluruh dunia yang menghubungkan jutaan perusahaan, badan pemerintah, institusi pendidikan, dan perorangan. Lebih dari satu miliar orang di dunia menggunakan internet setiap hari untuk berbagai tujuan, diantaranya untuk berkomunikasi, mengakses beragam informasi, berita, dan penelitian, berbelanja barang dan jasa , untuk perbankan dan investasi, mengakses hiburan, mengunduh musik, dan berbagi informasi. Orang-orang terhubung ke internet untuk bertukar informasi dengan orang lain di seluruh dunia. <em>Electronic mail</em> atau <em>e-mail</em> membuat kita dapat mengirimkan pesan kepada orang lain. Dengan instant messaging, kita dapat langsung berbicara dengan pengguna lain yang sedang terhubung. Pada chat room, kita dapat berkomunikasi dengan berbagai pengguna dalam waktu bersamaan.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Teknologi berbasis internet tidak terlepas dari penggunaan <em>world wide web</em> atau lebih dikenal dengan istilah web. Web adalah salah satu jasa yang paling populer di Internet. Web berisi miliaran dokumen yang disebut <em>web page</em>. <em>Web page</em> dapat berisi teks, gambar, audio dan video. Setiap orang dapat membuat web page, lalu membukanya di internet sehingga orang lain dapat melihatnya. Ratusan ribu orang sekarang ini menggunakan blog untuk menyampaikan pemikiran mereka di web. Blog adalah situs web informal yang terdiri atas artikel yang ditandai dengan waktu dalam bentuk catatan harian atau jurnal.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Penggunaan teknologi informasi menurut perspektif psikologi dalam hal ini lebih berorientasi pada kemudahan akses informasi dan komunikasi yang ditawarkan. Alasan efisiensi dan efektivitas menjadi landasan utama seseorang memanfaatkan teknologi informasi untuk berbagai kebutuhan. Penggunaan waktu yang lebih efisien dan hasil yang lebih efektif tentu akan meningkatkan produktivitas kita di bidang yang kita geluti. Namun, fenomena yang kita temui di sekitar kita seiring dengan perkembangan teknologi dan arus komunikasi yang semakin pesat adalah semakin minimnya intensitas silaturrahim yang dilaksanakan secara <em>face to face</em>. Kemudahan informasi dan komunikasi bahkan dianggap mampu menggantikan pertemuan dengan kerabat dan sahabat.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Di sisi lain, kita juga melihat fenomena mudik di tengah masyarakat menjelang Hari Raya sebagai salah satu sarana silaturrahim. Fenomena ini umumnya kita temui di berbagai kota besar di seluruh Indonesia, khususnya Jakarta. Masyarakat urban yang datang dari seluruh pelosok Indonesia berbondong-bondong memadati berbagai sarana transportasi guna menjangkau daerah tujuan mereka. Namun, realita mudik yang kita lihat sekarang ini mengarah pada suatu dinamika kompleksitas masyarakat yang dapat ditinjau dari 3 jenis tindakan sosial, yaitu:</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">1. Fenomena mudik sebagai tindakan rasionalis instrumental.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Di sini tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang digunakan untuk mencapainya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">2. Fenomena mudik sebagai tindakan tradisional.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi sadar atau perencanaan.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">3. Fenomena mudik sebagai tindakan afektif.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Tipe tindakan ini didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa perspektif psikologi dalam kemudahan penggunaan teknologi informasi, dalam hal ini untuk menjalin komunikasi/silaturrahim sangat bergantung pada pengguna atau subyeknya. Tradisi mudik yang masih terjaga di Indonesia hingga saat ini mengindikasikan bahwa meskipun teknologi informasi dan komunikasi semakin menawarkan kemudahan, namun belum mampu menggantikan nilai silaturrahim yang akan terus dijalin. Demikian pula bagi masyarakat perkotaan yang seringkali terjebak dalam rutinitas yang berlangsung sama dan terus menerus, silaturrahim dapat menjadi salah satu alternatif untuk melepaskan diri sejenak dari kepenatan di kota besar.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Referensi:</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Shelly, dkk. 2007. <em>Discovering Computer</em>. Jakarta: Penerbit Salemba Infotek.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">J. Dwi Narwoko, Bagong Suyanto (ed). 2004. Sosiologi, Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Penerbit Kencana</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Carole Wade, Carol Tavris. 2007. Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga</div>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-3579656789847678602011-03-25T23:42:00.000-07:002011-03-25T23:42:28.369-07:00Apa Sih Pentingnya Psikologi?<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;">Cara berpikir manusia yang menyebabkan beragam tingkah laku membuat ketertarikan sendiri bagi seseorang untuk mempelajarinya. Manusia adalah individu unik yang diciptakan dengan rasa ingin tahu yang terus berkembang. Rasa ingin tahu tersebut mendorong manusia untuk mengetahui sebab-sebab seseorang berpikir dan melakukan suatu tindakan. Maka dari itulah dikenal istilah atau ilmu psikologi. Dengan memperoleh pengetahuan tentang perilaku, kodrat, tabiat atau pribadi manusia, seseorang dapat mengenali dirinya sendiri, apa yang menjadi kelemahan dan keunggulannya. Dengan mengenali kepribadiannya pula seseorang dapat mengurangi masalah-masalah yang timbul dalam dirinya dan mengatasinya.<br />
<br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;">Jika seseorang dapat mengenali diri dan memahami kepribadian orang lain, seseorang tersebut akan dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Orang tersebut mengenal orang lain dari sifat dan sikap yang dia senangi ataupun tidak disenangi, sehingga kita dapat mengambil langkah untuk bergaul dengan dia atau mereka. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berhubungan dengan orang lain. Bagaimana kita dapat menempatkan diri sebagai individu, bagaimana kita memahami perasaan orang lain dan menghargai pendapat orang lain…? Semua itu dapat dipelajari dalam psikologi. Psikologi selalu dibutuhkan dalam berhubungan dengan orang lain.<br />
<br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;">Psikologi mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya. Perilaku adalah segala aktivitas manusia yang selalu dilakukan dalam keadaan apa saja dan dimana saja. Kita tertawa, menangis, tidur di kasur, makan, berangkat sekolah, pulang, pergi ke suatu tempat adalah aktivitas yang merupakan tingkah laku. Jadi, tingkah laku selalu ada dalam kehidupan dan menyentuh segala sisi kehidupan. Jadi psikologi diperlukan dalam kehidupan kita, walaupun kita tidak bermaksud memperdalam, psikologi selalu menyertai kehidupan kita. Dengan memahami psikologi dengan baik, setidaknya kita dapat menjadi manusia lebih baik yang mengenali diri sendiri dan memahami orang lain.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; text-align: left;">Suber : </div><a href="http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/02/perlukah-psikologi/">Klik Tulisan Ini</a>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4278340503258906855.post-55606161099420571252011-03-25T21:28:00.000-07:002011-03-25T21:28:02.635-07:00Konsep Psikologi<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 16px;">Apa sih psikologi itu??? Secara etimologis, istilah psikologi berasal dari Yunani, yaitu dari kata “psyche” yang berarti jiwa, dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi psikologi yaitu ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 16px;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Berikut ini adalah pengertian psikologi menurut para ahli :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.Ernest Hilgert (1957)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dalam bukunya Introduction to Psychology, “Psychology may be defined as the science that studies the behavior of men and other animal”. (Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2. George A. Miller (1974 : 4)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dalam bukunya Psychology and Communication, “Psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral events”. (Psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan , meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3. Robert S. Woodworth dan Marquis DG (1957 : 7)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dalam bukunya Psychology, “ Psychology is the scientific studies of individual activities relation to the inveronment”. (Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitarnya)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dari ketiga pengertian psikologi berdasarkan para ahli ada beberapa kata yang sama yaitu sama-sama menyebutkan tingkah laku,individu atau manusia. Jadi dapat disimpulkan bahwa Psikologi itu merupakan salah satu ilmu atau pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam melakukan hubungan dengan alam sekitarnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Meskipun belum ada definisi yang pasti tentang psikologi, dikarenakan adanya berbagai perspektif tentang para ahli, namun yang penting bahwa psikologi itu ialah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia untuk mengetahui kejiwaan seseorang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-left: -9.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sumber : <a href="http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/10/apa-psikologi-itu/">http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/10/apa-psikologi-itu/</a>disini</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: -9.0pt; text-align: justify;"><br />
</div>Psikologi Onlinehttp://www.blogger.com/profile/11950725000187817781noreply@blogger.com0