Sabtu, 26 Maret 2011

Aliran-aliran Psikologi dan Implikasinya Terhadap Kegiatan Belajar dan Mengajar.

Dalam psikologi banyak sekali hal yang harus dipelajari. Namun seyogyanya sebelum menginjak pada materi yang lebih luas dan lebih dalam lagi kita harus mengerti dan mengetahui aliran-aliran yang ada dalam psikologi. Setelah mempelajari aliran-aliran psikologi sebagai calon pendidik kita juga dituntut untuk mengetahui implikasi aliran-aliran tersebut dalam proses kegiatan belajar mengajar. Berikut ini adalah ulasannya :

1. Aliran Nativisme atau aliran pembawaan
Aliran ini dijuluki aliran pesimistis karena melihat sesuatu hanya dari kacamata hitam saja. Aliran nativisme mengemukakan bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat bawaan, baik karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun memang ditakdirkan demikian. Menurut aliran ini, pendidikan tidak dapat diubah dan senantiasa berkembang dengan sendirinya.

2. Aliran Empirisme atau Aliran Lingkungan
Menitik beratkan pada bagaimana kita akan mengisi hidup melaksanakan hal-hal baik itu positif maupun negative, jadi tergantung pada masing-masing individu itu sendiri. Pada intinya aliran empirisme menguraikan bahwa perkembangan anak sepenuhnya tergantung pada faktor lingkungan, sedangkan faktor bakat tidak ada pengaruhnya. Dasar pikiran yang digunakan adalah bahwa pada aktu dilahirkan, anak dalam keadaan putih bersih, seperti kertas putih yang belum ditulis, sehingga bisa ditulis menurut kehendak penulisnya. 

3. Aliran Konvergensi atau Aliran Persesuaian
Tokoh aliran ini yaitu Louis William Stern (1871 – 1938). Aliran ini pada intinya merupakan perpaduan antara pandangan nativisme dan empirisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan manusia. Dengan pengertian di atas dapat ditemukan hubungan antara faktor lingkungan dan faktor keturunan (konstitusi). Faktor lingkungan dan faktor keturunan menjadi sumber munculnya tingkah laku sehingga kedua faktor ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

4. Behaviorisme
Aliran tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterima dari lingkungan sekitarnya. Aliran ini sangat menekankan pada lingkungan sebagai aspek yang sangat berpengaruh dalam perkembangan manusia. Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut ; pertama perlakuan terhadap individu didasarkan kepada tugas yang harus dilakukan sesuai dengan tingkat tahapan dan dalam pelaksanaannya harus ada ganjaran dan kedisiplinan. Motivasi belajar berasal dari luar (external) dan harus terus menerus dilakukan agar motivasi tetap terjaga merupakan implikasi yang kedua. Implikasi yang ketiga, metode belajar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan disiplin ilmu tertentu. Implikasi yang keempat, tujuan kurikuler berpusat pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta tingkah laku sosial. Pengelolaan kelas berpusat pada guru dengan interaksi sosial sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai. Implikasi yang ketujuh adalah mengefektifkan belajar, dilakukan dengan cara menyusun program secara rinci dan bertingkat sesuai serta mengutamakan penguasaan bahan atau keterampilan. Yang terakhir kegiatan peserta didik diarahkan pada pemahiran keterampilan melalui pembiasaan setahap demi setahap demi setahap secara rinci.

5. Kognitif
teori ini membahas munculnya dan diperolehnya skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya. Teori digolongkan pada teori Konstruktivisme, teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Menurut teori ini belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Pada aliran ini perkembangan kognitif ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif yang anak dengan lingkungan. Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah saat guru memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan konsep-konsep, Memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide menggunakan pola-pola berfikir formal. Untuk mempermudah penerapanya kita dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut. Pertama adalah Perlakuan individu didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Yang kedua tujuan kurikuler difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan kognitif, bahasa, dan motorik dengan interaksi sosial berfungsi sebagai alat untuk mengembangkan kecerdasan. Yang ketiga, bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik dengan guru sebagai fasillitator. Yang terakhir, mengefektifkan mengajar dengan cara mengutamakan program pendidikan yang berupa pengetahuan-pengetahuan terpadu. Tujuan umum dalam pendidikan adalah untuk mengembangkan sisi kognitif secara optimal dan kemampuan menggunakan kecerdasan secara bijaksanaan.

6. Humanisme
Aliran Humanisme sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya. Aliran ini memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut. Pertama, perlakuan terhadap individu didasarkan akan kebutuhan individual dan kepribadian peserta didik. Kedua, motivasi belajar berasal dari dalam diri (intrinsik) karena adanya keinginan untuk mengetahui.Ketiga, metode belajar menggunakan metode pendekatan terpadu dengan menekankan kepada ilmu-ilmu sosial. Keempat, tujuan kurikuler mengutamakan pada perkembangandari segi sosial, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan individu dan orang lain. Kelima, bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik yang mempunyai kebebasan memilih dan guru hanya berperan untuk membantu. Keenam, untuk mengefektifkan mengajar maka pengajaran disusun dalam bentuk topik-topik terpadu berdasarkan pada kebutuhan peserta didik. Yang terakhir, kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar melalui pemahaman dan pengertian bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan.

7. Gestalt
Menurut teori ini persepsi manusia terjadi secara menyeluruh, sekaligus dan terorganisasikan, tidak secara parsial atau sepotong-sepotong.
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut. Pertama, pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. Kedua, pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya. Ketiga, perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya. Keempat, prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. Yang terahir, transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

8. Kontruvisme
Adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan kita sendiri. Pengetahuan merupakan hasil dari knstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur kategori konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan. Aliran psikologi ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks. Siswa harus berusaha memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan menggunakan ide-ide.
Implikasinya dalam pembelajaran adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa tetapi juga mendorong siswa agar dapat menerapkan ide-idenya sendiri. Semakin baik cara memotifasi guru terhadap siswanya maka akan semakin bersemangatlah siswa mengembangkan ide-idenya sendiri. Setelah itu diharapkan siswa dapat lebih kreatif dalam mencari informasi yang berguna bagi dirinya sendiri. Dan cara pemecahan masalah akan lebih variatif karena satu siswa dengan siswa lainnya.

9. Aliran Asosiasi
Pengembangan dari empirisme pada Renaisans yang mempelajari tentang manusia. Menurut Aliran Asosiasi bahwa prosesi psikiologi adalah ”Asosiasi Ide”. Unsur atau elemen terkecil dari jiwa manusia adalah Simple idea. Simple idea bukan bawaan dari lahir, merupakan hasil yang diperoleh manusia. Apabila simple idea yang satu dengan yang lain di gabung akan menghasilkan complex idea, apabila complex idea di gabung akan menghasilkan Compund idea (gabungan ide).

Sumber : 


disini

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons