Sabtu, 26 Maret 2011

Psikologi–What’s Your Focus?

Hidup ini ibarat sebuah perjalanan panjang untuk mencapai suatu tempat akhir. Proses perjalanan itulah yang dinamakan waktu-waktu kehidupan. Dalam perjalanan tersebut seringkali ditemui hambatan maupun kesenangan, yang kesemuaannya berfungsi sebagai kumpulan pengalaman yang digunakan sebagai acuan perjalanan selanjutnya. Jalan tiap orang di muka Bumi ini berbeda-beda. ibaratnya ada yang perjalanannya lewat bagian barat, timur, utara, selatan (dan lainnya), namun tujuan akhir tetap sama, yaitu menuju ke satu titik akhir.

Ketika seorang manusia dilahirkan, maka sesungguhnya dia telah memulai perjalanannya. Meskipun tidak terlalu terlihat, namun saat masih bayi dia telah melakuakan sesuatu yang dapat ia lakukan dalam proses perjalanan itu. Fisik nya, ruh nya, Bakat yang dimilikinya, minatnya, tidak akan sama dengan manusia lain (olehkarena itulah manusia disebut unik) sehingga semua manusia memiliki peran masing-masing dalam perjalanan hidupnya. Peran tersebut tidak dapat digantikan dengan oranglain, karena ibarat alat elektronik, spesifikasinya berbeda.
Jalan kehidupan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri. Namun bekal yang dibawa seseorang untuk menjalani kehidupan diberi langsung oleh Sang Pencipta. Ketika ia melihat oranglain berbeda dengannya, bukan hal buruk jika ia tidak dapat melakukan hal yang dapat dikuasai oranglain, itu karena bekalnya berbeda, sehingga peran nyapun berbeda, mungkin jalan yang ditempuhpun berbeda. Jadi, sangatlah buruk jika seseorang menjadi stress atau frustasi jika kelemahannya yang menjadi fokus utamanya.

Perlu disadari, kehidupan ini seperti petualangan, kita tidak dapat mengandalkan kelemahan kita, yang membuat kita bergantung pada oranglain, karena jika oranglain itu baik, mungkin saja awalnya kita terus terbantu, tetapi disaat musuh besar datang, yang membuatnya tidak memilimi pilihan sehingga hanya ada kata aku dan kamu, selamatkan diri masing-masing, yang membuat nya fokus pada dirinya, menyelamatkan dirinya dan meninggalkan kita terbunuh oleh musuh. Namun jika kita bergantung pada orang yang buruk, akan lebih parah lagi, mengapa? karena dia ibarat musuh dalam selimut, maka siap-siap saja akan kehancuranmu.
Jadi, hal yang paling utama adalah jangan pernah menyerahkan tanggungjawab hidup diri pada oranglain. Hanya ada satu orang yang bertanggungjawab akan diri kita, yaitu kita sendiri. Lalu bagaimana dengan senjata diri? Ingat masing-masing kita diberi bekal oleh Sang Pencipta, berupa kelebihan-kelebihan. Meskipun kelebihan itu berbeda, jangan menganggap remeh kelebihan diri. Kelebihan kitalah yang akan menjadi senjata kehidupan kita. Lalu muncul pertanyaan, bagaimana kita tahu senjata itu lebih baik dari senjata oranglain? Jawabannya adalah keyakinan (believe). Jika kita sendiri sudah tidak yakin, maka senjata itu tidak akan memiliki kesempatan untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya, ataupun jika kita hanya percaya setengah, senjata itu tidak sempat ,mengeluarkan andalannya hingga kita mengatakan bahwa hal ini tidak berguna dan tergesa-gesa menguburnya. Lalu, bagaimana kita bisa melanjutkan perjalanan jika tanpa senjata, jika semua senjata kita telah terkubur? Bergantung pada oranglain mungkin itu pilihan orang-orang dalam keadaan ini. Mereka tidak tahu, jika hal itu dilakukan mereka, ibarat melempar boomerang, maka boomerang itu akan kembali dan mungkin akan menebas lehernya sendiri.

Ketika kita bergantung pada oranglain yang secara naruliah memiliki bekal berbeda, maka secara lumrahnya adalah segala hal yang kita fokuskan adalah orang tersebut, kita beranggapan bahwa kekuatan itu adalah kekuatan orang tempat kita bergantung, sedangkan kelemahan itu adalah segala yang tidak dapat dilakukan orang tersebut, paradigma salah ini benar-benar menyesatkan kita, benar-benar akan membawa kita menemui lubang kematian kita sendiri. Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena kekuatan dan kelemahan masing-masing orang berbeda-beda, jika terjadi bias paradigma seperti ini, maka sudah dapat dipastikan bagaimana perjalanan hidup orang yang bergantung tersebut. Hidupnya mungkin akan terdengar seperti sebuah pepatah “ hidup bagaikan air yang mengalir” atau bisa juga dengan pepatah “ Bagaikan air di daun talas”, tidak ada tanggungjawab, tidak ada usaha, tidak ada kerjakeras, just say “all of time is for lazies time, I wanna do whatever I wanna do, n Whatever You say I just know That I don’t responsiblity with my self”. Menjadi orang yang reaktif adalah ciri nya.

Fokus seseorang dapat membedakan perilaku seseorang, jika fokus seseorang adalah mimpi yang akan diwujudkannya, maka perilaku nya adalah perilaku terencana yang telah diprogram untuk mendapatkan tujuannya. Kepribadian orang yang dapat fokus pada hidupnya adalah orang-orang yang memiliki kepribadian yang berkarakter dan kepribadian luarbiasa. Namun, jika fokus hidup seseorang masih abu-abu bahkan masih sangat buram, maka perilakunya dapat terlihat sangat mencolok yaitu tidak bertanggung jawab atas hidupnya yang dicirikan dengan banyak mengeluh, hidup di zona nyaman, tidak mau kerja keras, dan istilahnya “nyantai terus”, hidupnya ibarat “dimana angin bertiup disana arahnya mencondong”, tidak memiliki prinsip hidup.
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga kaum itu sendiri yng mengubahnya” jika hal ini direnungi, maka sudah sangat jelas, bahwa kitalah yang bertanggung jawab akan hidup kita, masa depan kita. Bahkan Allah sendiri pun tidak akan mengubahnya, jadi jangan berandai-andai dengan angan-angan kosong. Ini pelajaran sanagat penting!

Jadi jangan meletakkan harapan kosong pada segala kegiatan kita, dengan menyandarkan bahwa nasib yang akan membawa kita pada kehidupan yang semestinya. Kalimat tersebut merupakan hal bodoh yang terdengar sangat buruk yang diucapkan beribu orang dalam masa yang berbeda dg kemasan yang berbeda pula. Sungguh memuakkan !

Kembali ke redaksional awal, bahwa perjalanan hidup kita ditentukan apa sebenarnya yang menjadi fokus utama kita, what’s Your Focus on?
Jika Anda fokus pada tujuan Anda dengan memanfaatkan segala bekal kelebihan Anda, maka beruntunglah, karena mungkin Anda akan mendapat tujuan akhir Anda, meskipun ada faktor lain yang berperan yaitu, izin sang Kuasa, karena Dialah yang mengizinkan segalanya terjadi, jadi berdo’alah setelah Anda melakukan terbaik menurut versi Anda.
“Just be Your self”

Sumber : 
Klik Tulisan Ini

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons